Bagi yang masuk ke blog ini melalui Search Engin dan tidak menemukan artikel yang di cari pada halaman ini maka dapat mencari pada arsip blog atau mengunakan fasilitas search yang ada di blog ini. terimakasih atas kunjungnnya.
bagi yang ingin bertanya sebaiknya langsng melalui YM apabila lagi online atau inggalkan coment di artikel yang bersangutan.

Promo : Transfer Pulsa Indosat (IM3/Mentari/StarOne) pulsa 100rb Harga 82rb (bisa untuk BB)

bagi yang berminat dapat hubungin YM : ivandriyandra atau sms ke no 085624060651. atau data update dapat liat di halaman ini http://indosat.yandra.web.id/

27 September 2008

Sekilas Buah Zaitun & Buah Tin

Di dalam Al-Qur'an terdapat sebuah surat dinamakan At Tiin yang diambil dari kata At Tiin yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya buah Tin. Selain buah Tin, juga terdapat buah zaitun, yang menurut sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan Tin ialah tempat tinggal Nabi Nuh, yaitu Damaskus yang banyak pohon Tin; dan Zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh Zaitun.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, yang artinya: "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun" (Qs: At Tiin: 1)

Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menyatakan bahkan bersumpah dengan menyebutkan "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun" tentunya hal ini mengandung hikmah yang dalam sekali selain seperti yang dinyatakan oleh sebagian ahli tafsir.

Hal ini setidaknya memicu ilmuwan dari kalangan umat Islam untuk mencoba menemukan berbagai keistimewaan yang dimiliki oleh Buah Zaitun dan Buah Tin. Salah satunya informasi singkat berikut ini:

Buah Zaitun

Ilmu Pengetahuan menyatakan bahwa pohon zaitun merupakan pohon sebangsa kaya yang berumur panjang untuk masa yang lebih dari seratus tahun. Ia menghasilkan buah secara terus-menerus tanpa harus menguras tenaga manusia, sebagaimana ia akan selalu nampak hijau dan indah bila dipandang.

Berbagai penelitian ilmiah menyatakan bahwa buah zaitun tergolong zat makanan yang bagus. Di dalamnya terdapat kadar protein yang besar, sebagaimana ia memiliki kadar garam yang mengandung kalsium, zat besi, dan fosfat. Ini merupakan zat-zat penting dan vital yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, apalagi zaitun juga mengandung vitamin A dan B.

Dari buahnya dapat dikeluarkan minyak zaitun yang sangat bermanfaat bagi sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (jantung). Minyak zaitun secara keseluruhan mampu mengungguli segala jenis minyak nabati maupun hewani. Karena ia tidak akan mengakibatkan penyakit pada saluran darah atau urat nadi, seperti yang diakibatkan oleh jenis minyak lain. Disamping itu, minyak zaitun juga dipakai sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik dan sabun dengan kualitas tinggi, karena sifatnya yang mampu menghaluskan kulit.

Buah Tin

Tin adalah buah-buahan yang mengandung zat sejenis alkalin yang mampu menghilangkan keasaman pada tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam buah tin adalah sejenis zat-zat pembersih yang bisa dipakai untuk mengobati luka luar dengan cara melumurinya.

Unsur yang terkandung dalam buah Tin adalah karbohidrat, protein, dan minyak. Buah Tin juga mengandung yodium, kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, belerang (fosfat), chlorin, serta asam malic dan nicotinic.

Hasil penelitian lebih lanjut menyebutkan bahwa buah Tin termasuk buah yang dapat merangsang pembentukan hemoglobin darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Disamping itu buah Tin juga mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi.

Maha Suci Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa yang telah menciptakan buah Tin dan buah Zaitun yang terbukti secara ilmiah mengandung manfaat yang sangat luar biasa.

REZEKI DATANG KARENA SUKA MEMBERI

Artinya : Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. [Saba : 39]

Ali bin Abi Thalib RA. berkata : “Tariklah rezeki kalian melalui sedekah kepada orang lain.“

“Sedekah adalah amaliah yang menumbuhkan pahala berlimpah. Dan, tak hanya orang kaya saja yang berkesempatan ‘mencicipi‘ keagungan sedekah. Orang miskin pun bisa memborong pahala sedekah. Selain sedekah harta, banyak model sedekah lain yang bisa diamalkan orang miskin, agar ia tetap bisa mendapatkan keberkahan amaliah sedekah. Meski susah, tetap bersedekah. Itulah slogan abadi yang harus digenggam erat oleh segenap kaum muslimin, terutama bagi mereka yang dikarunia ‘nikmat‘ kemiskinan,“ demikian antara lain kilah Abu Hudzaifah dalam bukunya ‘Sedekah Orang Miskin’.

Nabi SAW menyampaikan secara tegas bahwa sedekahnya orang yang memiliki harta yang serba minim memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki harta berlimpah. Sebab kemampuan orang diukur dengan kondisinya masing – masing. Beliau SAW bersabda : “Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham.“ Seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham?“ Beliau menjawab : “Ada seseorang yang memiliki dua dirham, lalu mengambil salah satu darinya dan mensedekahkannya. Yang lain memiliki banyak harta, lalu mengambil darinya seratus ribu dirham saja“ (HR Ahmad).

Abu Dzar Al Ghifari misalnya. Ia adalah salah seorang sahabat termiskin. Tapi Nabi SAW tetap menganjurkannya untuk istiqamah bersedekah. Nasehat Rasulullah SAW itu beliau ikuti. Setiap hari ia mengantarkan sop “istimewa“ kepada para tetangganya. Apa “keistimewaan“ sop Abu Dzar itu? Air putih diberi garam dan dibubuhi sedikit irisan bawang. Ternyata para tetangga yang menerima kiriman sop “istimewa“ Abu Dzar itu merasa simpati dan empati.

Maka masing-masing mengembalikan mangkok sop itu setelah mengisinya dengan menu yang enak-enak. Masya Allah. Bayangkan, andaikata Abu Dzar membagikan 10 mangkok sopnya kepada para tetangganya, maka ia akan bisa menikmati 10 macam menu.

Seorang ulama berkata : “Dengan sedekah, harta yang tadinya hanya habis kita gunakan atau makan, maka akan menjadi pahala yang besar di sisi Allah hingga berlipat ganda dan akan ditemukan kembali sebagai kebaikan di akhirat. Perbanyaklah sedekah di jalan Allah, Insya Allah dengan usaha dan jerih payah dalam beribadah dan doa manusia yang menerima sedekah kita, rahmat dan hidayah Allah akan menyertai kita.“

Andrie Wongso, penulis buku 18 Wisdom & Success mengungkapkan dengan kata-kata mutiaranya : “Hidup akan jauh lebih indah dan bermakna jika kita mampu menyisihkan sebagian rezeki, waktu dan tenaga untuk memperhatikan dan membantu orang lain yang membutuhkan.”

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” [Saba : 24]

Rezeki dari Allah itu bukan soal matematik. Jangan pernah khawatir akan rezeki dari-Nya. Allah tidak bakal menyia-nyiakan hidup makhluk yang ia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, “ kilah Bobby Herwibowo LC dalam bukunya ‘ The Power of Akhlak’.

Diantara contoh. Itang tahun 1994 naik haji. Sebelum berangkat, ia membeli sebuah kaca mata mahal sun glasses merk Mount Blanc seharga Rp 500.000.- Di Mekkah, kacamata itu dipinta oleh seorang Arab tua yang baru saja kehilangan kacamata. Karena berdesakan di dalam masjid menyebabkan kacamatanya terjatuh lalu pecah terinjak orang. Kebetulan kacamata yang diberikan oleh Itang itu cocok buatnya.

Sekembalinya di tanah air, Itang ditawari temannya untuk menghandle pengiriman barang-barang milik salah satu BUMN. Tentu saja Itang menerima tawaran itu. Masya Allah. Dalam waktu lebih sedikit dua tahun, Itang sudah memiliki beberapa kapal tanker yang ia sewakan bukan hanya kepada BUMN itu, namun juga kepada perusahaan tambang dan minyak milik nasional dan internasioanal.

Dalam buku ‘ Membangun Ekonomi Islam ‘ oleh Dr. Ing Abdurrahman R.Effendi & Dr.Ing Gina Puspita, ada kisah menarik. Disitu antara lain diceritakan keyakinan yang mendalam dari Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi bahwa rezeki itu Allah yang menjamin. Satu ketika ada seorang pengusaha yang datang kepadanya mempertanyakan keadilan Tuhan, karena konglomerat tadi jatuh bangkrut. Dengan memegang prinsip bahwa untuk menyelamatkan iman seseorang, emas satu gunung Uhud pun layak dikeluarkan, maka untuk menyelamatkan tauhid pengusaha tersebut, Chairman & Owner Rufaca sanggup merugi $9 juta.

Tapi Masya Allah. Pada bulan depannya Rufaca mendapat satu proyek besar yang keuntungannya lebih dari $10 juta.

Sedekah merupakan bentuk syukur yang nyata atas rezeki yang telah Allah karuniakan. Begitu bernilainya, sedekah dalam bentuk memberikan air minum pun oleh Rasulullah SAW, disebut sebagai bentuk sedekah yang paling utama. Allah SWT. Sudah menjamin, bahwa para ahli sedekah tidak akan rugi dengan sedekahnya. Harta yang telah disedekahkan dijamin oleh Allah SWT dan akan diganti dengan nilai yang berlipat lipat.

Sedekah bisa dilakukan dalam berbagai cara tergantung kemampuan setiap orang. Memberikan air minum untuk hewan ternak, ujar Rasul SAW akan diganjar pahala oleh Allah SWT. Suraqah bin Ju’syum pernah bertanya “Wahai Rasulullah ! Suatu ketika aku menemukan seekor unta yang tersesat ada dalam kandang unta milikku. Aku perlakukan unta itu dengan baik. Apakah aku akan memperoleh pahala hanya dengan memberinya air minum ?“ Rasul SAW menjawab : “Pada setiap yang mempunyai jantung hidup ada nilai pahala“ (HR.Ibnu Majah). Wallaahua’lam.

Ucapan yang Sopan Ladang Amal Shalih

"Tidaklah saya diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" (HR Muslim).

"UCAPAN ibarat dua sisi dari sebuah pisau. Dengan ucapan, seseorang bisa menjadi mulia dan dihargai. Dengan ucapan pula, ia bisa menjadi hina dan dibenci. Pendek kata, ucapan yang dikeluarkan seseorang akan menentukan nilainya di mata orang lain".

Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang beriman kepada Allah, hendaklah ia berkata yang baik atau diam" (Muttafaaq'alaihi dari Abu Hurairah dan Abu Syuraih). Sebuah ungkapan hikmah menyatakan : "Keselamatan manusia terletak pada penjagaan terhadap lisannya."

Ucapan yang baik juga merupakan ciri hamba-hamba Allah yang shalih yang kelak akan mendapatkan martabat yang tinggi di surga.

Dalam Islam, ucapan yang baik bukan sekedar kata-kata, tapi juga merupakan sedekah yang bermanfaat untuk keharmonisan hidup bermasyarakat dan kemaslahatan di akhirat kelak. Sebab Rasulullah SAW bersabda : "Dan ucapan yang mulia itu adalah sedekah" (HR.Bukhari-Muslim). Hadits lain : "Kalian tidak dapat membahagiakan manusia dengan harta, akan tetapi mereka akan gembira dengan wajah kalian yang cerah dan tutur kata yang baik."

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. [Al Baqarah-83]

Rasulullah SAW. bersabda : "Jagalah diri kamu dari siksa neraka walau hanya dengan memberikan sebutir kurma. Maka barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah menggantinya dengan ucapan yang mulia." (HR.Bukhari - Muslim).

Asad bin Musa berkata, "Abu Ma'syar meriwayatkan kepada kami dari Muhammad bin Ka'ab, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, "Orang pertama yang akan masuk adalah ahli surga'. Tiba-tiba Abdullah bin Salam masuk dan para sahabat pun serempak berdiri. Mereka lalu memberitahukan apa yang baru saja dikatakan oleh Rasulullah, kemudian mereka bertanya, 'Tolong beritahu kami, kira-kira amal perbuatan apa paling engkau yakini menjadi penyebabnya.' Sebenarnya amalku sangat lemah, tapi menurut keyakinanku, itu karena bersihnya hatiku dan karena aku tidak pernah menyakiti hati lawan bicaraku."

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [Ali Imran 159].

Karena itu dalam menjalankan segala aktivitas, baik sebagai pemimpin atau da’i, juru da’wah, sikap ramah dengan perkataan sopan amatlah diperlukan. Sikap ini sangat penting dan bisa menunjukkan kecerdasan emosi seseorang. Seorang pemimpin atau da’i, juru da’wah yang tidak mampu bersikap ramah dan berbicara sopan hampir bisa dipastikan dia juga tidak akan mampu menarik minat orang untuk menuruti perintahnya secara ikhlas dan atau mendengar ceramahnya. Seorang yang biasa berbisnis demikian juga dituntut untuk mampu bersikap ramah dan berbicara sopan. Pendeknya sikap ini diperlukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Sehingga peribahasa mengatakan : "Banyak semut mati dalam gula dibanding mati dalam cuka."

Pada masa Rasulullah SAW ada seorang sahabat yang sedang berpuasa sunnah. Ketika Rasulullah SAW datang berkunjung kerumahnya, sang sahabat itu menyambutnya, lalu menyuguhkan makanan. Kebetulan Nabi SAW saat itu tengah tidak berpuasa. Tapi sebelum Baginda SAW menyantap hidangan itu, Rasulullah SAW sempat mendengar sahabatnya ini berkata kasar, marah-marah kepada pembantunya. Saat itu juga Nabi SAW pergi meninggalkan rumahnya. Sikap Rasulullah SAW ini sudah pasti membuat si Tuan rumah ingin tahu penyebabnya. Rasulullah SAW. menjawab : "Engkau tidak pantas berpuasa hari ini. Batalkan saja puasamu, karena puasamu hari ini tidak ada gunanya."

Pada bulan Ramadhan, ada seorang wanita memarahi pembantunya. Ketika hal itu diketahui Rasulullah SAW, beliau menyuruh orang untuk memanggilnya. Begitu datang, Nabi SAW menyodorkan makanan kepada wanita itu dan menyuruhnya makan. Wanita itu menolak dengan alasan puasa. Rasulullah SAW. berkata : "Mana mungkin engkau puasa seraya memarahi pembantumu. Puasa itu justru mencegah orang berbuat buruk. Alangkah banyaknya orang yang lapar, tapi betapa sedikitnya orang yang berpuasa."

Jabir RA menerangkan bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda : "Orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku kedudukannya di surga adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang paling aku benci adalah orang-orang yang pongah, dan sombong (takabur)."

Dalam satu hadits Qudsi Allah SWT. berfirman : "Keagungan-Ku pakaian-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang menandingi Aku dalam kedua hal tersebut maka Aku akan membinasakannya". Kemudian Rasulullah SAW. bersabda : "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong walaupun seberat biji sawi ".

Ini membuktikan bahwa ucapan yang baik penting untuk dibudayakan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ucapan yang baik juga harus dikedepankan dalam menyampaikan perintah, gagasan, pendapat, saran, menuntut hak, bermusyawarah bahkan dalam berdemonstrasi sekalipun.

Seorang penyair berkata : "Jagalah lisanmu wahai manusia. Jangan sampai menggigitmu karena ia ular berbisa. Banyak orang yang dikubur karena dibunuh lisannya. Ia menggigit bagaikan ular berbisa."

Umumnya manusia gemar sekali mengumbar lidahnya.Karena itu sebagai seorang mu’min yang senantiasa merasa diawasi Allah, kita wajib mengerti bahwa perkataan itu termasuk amalan yang kelak dihisab (diperhitungkan).Pena Allah tidak mengalpakan satu pun perkataan yang diucapkan manusia. Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal.

Hidup Jadi Indah dengan Sedekah

Artinya: “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Al-Lail : 4-7)

ALLAH SWT. dalam surah Al Lail ayat 4-7 di atas, telah memberikan resep teramat ampuh bagi siapa saja yang menginginkan hidup serba mudah dan bahagia sejak di dunia sampai di akhirat kelak. Intinya, istiqamah bersedekah dan bertaqwa.

Rasul SAW. menerangkan, jika seseorang ingin betul dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, dan ditolong semua permasalahannya, maka dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita dan lebih bermasalah. Dalam sebuah hadits riwayat Thabrani dari Abu Darda, Rasulullah SAW. pernah bertanya kepada sejumlah sahabatnya : "Apakah kalian menginginkan kepuasan dan kesuksesan bathin serta terpenuhi kebutuhan hidup kalian ?". Lalu beliau SAW. bersabda : "Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya dan berikanlah makanan yang sama dengan makanan yang engkau makan, niscaya kalian akan mendapatkan kesuksesan bathin dan akan terpenuhi kebutuhan hidup kalian."

Abu Hurairah RA. meriwayatkan, bahwa Nabi SAW. bersabda: "Orang yang pemurah (penderma) itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Adapun orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dekat dengan neraka."

Saking penting dan mulianya bersedekah itu, maka terhadap sahabat termiskin sekalipun, seperti Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW tetap menganjurkannya. Karena gencarnya Baginda SAW membujuk Abu Dzar untuk istiqamah bersedekah, ia menjadi "penasaran" dan memberanikan diri untuk bertanya : "Ya Nabi Allah ! Engkau menyuruh kami bersedekah. Apa hakekat sedekah itu ?". Nabi Mulia SAW ini menjawab : "Sedekah itu sesuatu yang ajaib". Kalimat itu diulangi beliau tiga kali berturut-turut menandakan utamanya.

Kepada Ali bin Abi Thalib RA., menantunya, Rasulullah SAW. berwasiat : "Wahai Ali!. Keluarkanlah infak hartamu dan berilah kelapangan terhadap keluargamu dan janganlah khawatir terhadap Allah SWT yang memiliki ' Arsy bahwa DIA akan menyediakan karunia-Nya terhadapmu." Dan dalam satu hadits Qudsi Allah SWT. berfirman: "Wahai manusia!. Kekayaan-Ku tidak akan pernah habis selamanya. Semakin banyak engkau berinfak, sebanyak itu pula aku memberi rezeki padamu. Seberapa pula tingkat kekikiranmu sekedar itu pula Aku menahan rezekimu padamu."

Sejak itu pula Ali bin Abi Thalib RA. walaupun hidupnya tergolong miskin, setiap hari berupaya untuk bersedekah, kendatipun harus bekerja sebagai "pekerja" kasar, misalnya mengambil upah mengangkut air minum. Menurut Ibnu Abbas RA. dalam Tafsir Al Qurthuby, bahwa turunnya ayat 274 surah Al Baqarah itu, adalah karena memuji sikap Ali.

Ia memiliki uang hanya 4 dirham. Ia menginfakkan 1 dirham di waktu malam dan 1 dirham di waktu siang, 1 dirham ia infakkan dengan cara sembunyi dan 1 dirham lagi, ia infakkan dengan cara terang-terangan. Ia tidak pernah merasa khawatir menghadapi hari esok, karena ia tahu Allah SWT menjamin rezeki hamba-Nya. Ia mendahulukan perniagaan dengan Allah, sebab ia yakin terhadap janji-Nya yang akan menggantinya dengan balasan yang terbaik.

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah : 261)

Uwais Al Qarni, termasuk generasi tabi'in. Rasul SAW menyebutnya sebagai sebaik-baik sahabat dari kaum tabi'in. Apa keistimewaan Uwais, sehingga walaupun tidak sempat bertemu Rasulullah SAW. tapi Baginda SAW. memujinya ?. Pertama, Uwais amat berbakti kepada ibunya. Dialah yang mengurungkan niat berangkat haji dan hasrat mengunjungi Rasulullah SAW, lantaran ibunya tidak ingin ditinggalkan sendirian olehnya. Kedua, walaupun hidupnya teramat miskin, tapi paling dermawan. Uwais bekerja sebagai penggembala dengan gaji 4 dirham. "Aku ini adalah pengembala yang digaji 4 dirham dan semuanya tidak masuk ke perutku.", ujarnya ketika pada suatu waktu ditanya oleh Umar bin Khattab RA dan Ali bin Abi Thalib RA.

Ali Ath Thontowi, ulama terkenal dari Universitas Al Azhar Qairo berpesan: "Bila Anda membahagiakan Saudara Anda dengan pemberian, maka Allah akan membahagiakan Anda dengan pemberian-Nya yang tak terduga. Dan tak pernah Anda nantikan. Yang jelas pahala akhirat adalah lebih besar. Oleh karena itu pilihlah pakaianmu yang sekiranya lebih dan mainan serta permen anakmu dan lain-lain yang tak lagi dibutuhkan. Kirimkanlah kepada anak-anak tetanggamu yang fakir. Upayakanlah Anda bisa membuat mereka hidup senang sehari saja dalam setahun, sebagaimana Anda menikmatinya setiap hari sepanjang masa."

Diantara keistimewaan sedekah dan infak berdasarkan Al-Quran dan Hadits yaitu :

1. Melepaskan diri dari sifat perbudakan

Rasul SAW. bersabda : "Sesungguhnya sedekah dapat menolak 70 pintu bencana".

2. Merupakan obat dalam diri kita.

Rasul SAW.bersabda : "Obatilah penyakitmu dengan bersedekah."

3. Merupakan benteng buat diri kita.

Rasul SAW. bersabda : "Bentengilah harta bendamu dengan sedekah.".

4. Merupakan pemadam kemurkaan-Nya.

Rasul SAW. bersabda : "Sedekah dapat menutup kemurkaan Allah".

5. Menambah keakraban dalam persaudaraan.

Rasul SAW. bersabda : "Sedekah adalah hadiah. Maka berikanlah hadiah kepada teman pergaulanmu dan berkasih-sayanglah kalian dengan saling memberi hadiah".

6. Menanamkan rasa belas kasih dalam hati.

Rasul SAW. bersabda : "Barang siapa mendapat kesedihan di dalam hati, maka berikanlah sedekah."

7. Dapat menambah umur.

Rasul SAW. bersabda : " Sedekah dapat menolak musibah serta dapat menambah keberkahan umur."

Sederhana Itu Indah

SUDAH menjadi aksioma, apabila kebendaan telah merasuki peradaban, seringkali diiringi pula dengan semakin menipisnya nilai-nilai moral. Kehidupan manusia dipilah-pilah berdasarkan kriteria kekayaan dan jabatan kekuasaan, sehingga kita mengenal ada istilah kelas ekonomi, kelas bisnis dan VIP alias manusia sangat penting.

Lalu bagaimana seharusnya pandangan dan sikap hidup muslim. Dalam satu kesempatan, Rasul SAW bersabda : "Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk menjadikan lapangan kota Mekah menjadi emas. Aku berkata, 'Jangan Engkau jadikan emas wahai Tuhan ! Tetapi cukuplah bagiku merasa kenyang sehari, lapar sehari. Apabila aku lapar, maka aku dapat menghadap dan mengingat-Mu, dan ketika aku kenyang aku dapat bersyukur memuji-Mu". (HR.Ahmad dan Turmuzi).

Dalam hadis lain Nabi Pilihan Muhammad SAW menerangkan: "Kekayaan itu, bukan karena banyaknya harta benda yang dimiliki, tetapi kekayaan jiwa". (HR.Bukhari).

Dalam kaitan ini Sayyidina Ali menyatakan: "Kalau engkau ingin menjadi raja, maka pakailah sifat qona'ah (puas). Kalau engkau ingin surga dunia sebelum surga akhirat, pakailah budi pekerti yang mulia."

Ucapan Baginda Rasul SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Turmuzi di atas, merupakan salah satu mutiara akhlakul kharimah yang disebut dengan qana'ah yaitu sikap menerima apa yang ada, sambil terus ikhtiar, sabar dan tawakal, serta waspada agar tidak terperangkap oleh segala godaan yang menyesatkan serta tipu daya setan yang selalu menyelusup di hati manusia.

Sejenak kita menengok sejarah. Umar bin Khattab RA tidak punya waktu lagi untuk berdagang, setelah beliau dilantik menjadi Khalifah. Hampir seluruh waktunya telah disita oleh urusan-urusan pemerintahan. Kadang-kadang sampai jauh malampun ia masih bertugas mengontrol kehidupan rakyat. Pada suatu hari ia bermusyawarah dengan para tokoh sahabat. "Wahai saudara-saudaraku. Aku telah kalian pilih sebagai pemegang jabatan khalifah. Kedudukan ini tidak lagi memungkinkan aku berdagang dan mencari nafkah buat keluargaku. Apakah saudara-saudara rela melihat anak isteriku hidup meminta-minta ?".

Para hadirin sejenak terdiam kemudian bertukar fikiran. Pada akhirnya mereka menyetujui, khalifah harus mendapat tunjangan tetap setiap bulan dan tunjangan itu diambil dari Baitul Mal (Kas Negara). Jumlah tunjangan yang diusulkan sama dengan gaji para raja di negeri lain. Ali bin Abi Thalib tidak setuju tetapi ia berdiam diri saja. "Hai Ali, bagaimana pendapatmu ?. Kulihat Anda hanya berdiam diri, kenapa tidak bicara ?", tanya Umar. Ali KW menjawab : "Aku tidak suka jika seorang khalifah Rasulullah hidup mewah seperti kaisar dan raja dinegeri lain "." Aku menyetujui pendapat Ali !", tegas Umar bin Khattab. "Berikanlah kepadaku tunjangan hidup yang sederhana saja", lanjutnya.

Setelah bermusyawarah lagi, akhirnya mengambil keputusan, memberikan tunjangan yang bersifat pas-pasan. Dengan tunjangan itu diharapkan Umar tidak berdagang lagi dan terus memimpin pemerintahan.

Pada periode pemerintahan Umar, banyak kemajuan tercapai. Kehidupan rakyat bertambah makmur dan wilayah kekuasaan Islam meluas sampai ke Mesir. Berbarengan dengan itu pendapatan negara juga semakin besar. Ali KW yang semula mencetuskan agar gaji Umar tidak sebesar gaji kaisar dan raja di negeri lain, berbalik mengajukan usul agar tunjangan buat Khalifah dinaikkan.

Ali meminta Usman bin Affan dan para sahabat lainnya mendukung pendapatnya karena Khalifah sering berhubungan dengan para utusan manca negara yang serba mewah. Gagasan Ali itu diungkapkan melalui Hafsah Ummul Mukminin dengan pesan agar jangan dikatakan nama-nama para sahabat yang menyetujuinya. Ali cemas kalau-kalau Umar marah.

Dugaan Ali ternyata benar. Umar marah waktu Hafsah mengemukakan usul kenaikan gajinya. Ia berkata : "Jika aku tahu siapa-siapa yang mempunyai pikiran semacam itu, aku akan temui mereka seorang demi seorang, biar dirasainya bekas tanganku". Kemudian Umar menatap Hafsah dengan pandangan tajam dan berkata : "Hafsah bukankah kau selalu menyaksikan kehidupan Rasulullah ?. Makanan sejenis apa yang beliau santap setiap makan ?".

Hafsah menunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia teringat akan kehidupan Rasulullah SAW yang serba sederhana. Dengan terbata-bata ia berkata : "Rasulullah hanya memakan roti tawar yang keras dan untuk melunakkannya dicelupkan dulu ke dalam air minumnya". Dan bagaimana keadaan pakaian beliau yang paling mewah ?, tanya Umar lagi. "Cuma selembar jubah yang berwarna kemerahan karena sudah luntur. Pakaian itulah yang dibanggakan Rasulullah untuk menerima tamu". "Apakah Rasulullah tidur di atas tilam empuk ?". Hafsah menggeleng sambil menangis terisak kemudian berkata : "Tempat tidur Rasulullah hanya beralaskan selimut tua. Jika tiba musim panas, selimut itu dilipatkannya menjadi empat lapis supaya agak nyaman ditiduri. Dan pada musim dingin dilipatnya menjadi dua, untuk menjadi alas dan penutup badannya."

Mendengar ucapan-ucapan Hafsah, Umar lalu berkata : "Hafsah anakku. Rasulullah, Abubakar dan aku adalah tiga musafir yang menuju tujuan yang sama dan harus menempuh jalan yang sama. Musafir pertama telah sampai di tempatnya.. Musafir kedua telah menyusul dan kini telah berkumpul bersama musafir pertama. Apakah musafir ketiga dapat bergabung dengan mereka andaikata ia tidak melalui jalan yang sama ?. Hafsah, anakku !. Katakanlah kepada para sahabat yang mengusulkan kenaikan gajiku, ayah lebih suka berkecukupan di alam akhirat daripada bermewah-mewah di dunia ini."

Kesimpulannya, kita harus menjadi orang-orang yang kaya tetapi qana'ah. Kita harus tampil sebagai bangsa yang besar di mana sebagian besar para pemimpinnya adalah sosok manusia yang tampil sebagai uswathun khasanah dan bersikap hidup sederhana. Menjalani hidup bersama dengan orang miskin walaupun kita kaya, mendengarkan jeritan kaum dhuafa dan hidup sederhana walaupun kita mampu, adalah ciri pemimpin yang qana'ah. Itu semua karena kita sadar bahwa sederhana itu indah. Wallahualam.

Mensyukuri Nikmat yang manakah Kita..?

Syukur alhamdulillah sambil saling mengingatkan, betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dan sementara dianugrahkan Allah kepada hamba-hambaNya.

Begitu kita bangun pada dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmt yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, lena menerawang di alam mimpi, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah yang terakar, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan, apa yang terjadi? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa gerah. Ini baru sisi kecil dari kehidupan ummat manusia.

“ Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu memohon Kepada-NYA. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghitungnya,…..” (Ibrahim : 34)

Walau sesungguhnya kita patut wajib menyadari segala sesuatu yang telah dianugrahkan Allah kepada kita dari berbagai bentuk dan macam nikmat, nah cobalah kita buktikan Firman Allah tersebut di atas.

Kita lihat ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada komponen udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta. Di dalam udara atau hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogeen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil jumlahnya, jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.

Dari hasil penyelidikan cerdik pandai bahwa pada udara tersebut ditemui dalam prosentasi unsur-unsur gas yang seimbang sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %. Allah telah mengatur sedemikian rupa dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andai kata lebih tinggi dari prosentase tersebut, maka suhu udara gerah, panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya kebakaran dimana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut maka yang akan terjadi adalah penduduk susah bernafas, tersengal-sengal karena pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita dan besar kemungkinan keluhan akan berkepanjangan seperti yang telah kita alami beberapa waktu lalu merambanya asap dipenjuru Asia. Maha Besar Engkau ya Allah .!

Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui atau kalau ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (Dua Puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni dalam seharinya. Berapa besarkah nilai ekonominya?

Saat ini mungkin dipasarkan satu tabung oxygen harganya Rp. 40.000 yang isinya 6000 liter yang kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000: 6000 adalah kurang lebih Rp. 6.600 per liter.

Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali Rp. 6.600 sama dengan Rp. 760.000,- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,-Nah kalau kita ingin lebih mendalaminya lagi seberapa besar nikmat oxygen yang telah kita hirup selama hidup atau pada usia kita saat ini misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60 tahun rata-rata kita semua yang masih hidup,

terutang kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam nilai rupiah saat ini di atas 1 milyar, rasanya memang mustahilkah? Tapi kalau tidak percaya boleh hitung sendiri, begitu besarnya nikmat Allah kepada hambaNya dan masih sebagian kecil nikmat yang baru kita perhatikan.

Wallahualam…

Oleh karena itu dalam surat Ar-rahman, Allah SWT mewanti-wanti kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31 kali peringatan bagi umat manusia.

NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.”

Jadi, luangkan waktu tuk merenung sejenak saudaraku… di tengah kesibukan kuliah, mencari nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan bernilai sekian besarnya apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.

Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata. Mensyukuri karunia Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, meyantuni anak-anak yatim dan badan-badan amal lainnya.

Janganlah berdalih tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya karena ketiadaan makanan hingga kelaparan berkepanjangan, ceritakanlah.

kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini kepada Allah SWT.

Realisasi rasa syukur tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan mempertebal Iman dan Takwa kepada Maha Pencipta, dan yang terpenting kita akan terhindar dari murka dan siksaan.

“Katakanlah, terangkanlah kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling juga.” (Al-An’am :46)

Satu hal lagi yang lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah SWT bagi hambaNya dengan firmanNya:

“…Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.” (Ibrahim :7)

Dan Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Jawabya : Memohon kehadirat Allah SWT, semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmat-NYA,

Amin Ya Robbal Alamien…

Berlapang Dadalah terhadap kritikan, Saudaraku…

Rasullaullah SAW Bersabda :

“Jangan salah seorang diantara kalian menjadi pembeo. Dimana dia berkata : saya tergantung kepada orang. Jika orang baik, maka sayapun akan ikut baik, dan jika orang lain jelek, maka sayapun akan ikut jelek. Tetapi besikaplah! Jika orang berbuat baik, maka hendaklah kamu berbuat baik, dan jika orang berbuat buruk, maka hendaklah kamu menjauhi keburukan mereka.”(H. R. Tirmidzi)

Tabiat Iman yang kita ketahui jika ia telah tertancap, ia akan melahirkan kekuatan dalam diri pemiliknya yang nampak setiap tingkah lakunya; jika kita berbicara, maka kita akan memegang ucapannya, jika kita bekerja, kita akan bekerja sungguh-sungguh. Jika kita melangkah, maka tujuannya jelas. Kita akan merasa tenang dengan segala gagasan yang ada dalam benak, merasa tenang dengan segala perasaan yang ada dalam sanubari. Kita tidak mengenal plin plan dan tidak pernah goyah dengan sikap yang dipegang.

Sejatinya, orang yang kuat, tidak boleh tergantung kepada orang lain, kita harus melangkah sesuai dengan kemampuan diri kita untuk meraih tujuan yang ingin kita capai, kita harus menyadari, bahwa oang lain hanya pemberi usulan selebihnya kita adalah penentu. Jika kita menderita luka atau ada kekurangan pada diri, maka sembunyikan dari orang lain dan jangan mengharap belas kasihan dengan mengungkapkan kesedihan pada orang lain selama kita mampu mengobatiya sendiri.

Sesungguhnya ungkapan yang paling tepat untuk menjelaskan kebenaran kepada masyarakat adalah firman Allah SWT :

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Al-An’am : 116)

Ya, inilah hakikat manusia yang mengusik jiwa atas segala tindakan yang mereka lakukan kepada kita, dan kita menimbang keridhaan dan kemarahannya kepada kita dengan beribu-ribu pertimbangan.

Abdullah Bin Ubay (tokoh munafiq pada permulaan Islam) memandang Islam dengan pandangan yang tidak sedap. Namun, ketika kaum muslim mendapatkan kemenangan dalam pedang Badar, dia dan pengikutnya segera berpura-pura masuk Islam, hanya sekedar untuk mendapatkan perlindungan.

Begitu banyak kelompok manusia yang menghargai sesuatu karena didorong oleh motif kekuasaan semata.

Adapun orang-orang yang membela kebenaran, meskipun harus menderita kekalahan dan orang-orang yang mempertahankan harga dirinya, meskipun mereka yang mati karenanya, mereka adalah orang-orang asing dan aneh di dunia ini! Wallahu A’lam..

Nyatanya, sekarang manusia banyak yang berpihak kepada orang-orang yang terlihat kedudukan dari segi harta bahkan jabatan, banyak orang yang menyanjung-nyanjung, mengangkat-ngangkat mereka untuk mengharapkan sesuatu atau karena semata-mata merasa takut.

Oleh sebab itu, ada sebauah ungkapan: Jika dunia menghampiri seseorang, maka dia akan meminjam kebaikan-kebaikan orang lain. Dan jika dia berpaling dari seseorang, maka dia akan merampas kebaikan-kebaikan yang ada pada orang tersebut.

Rasulullah SAW tidak menyukai orang seperti itu, beliau bersabda:

“Seburuk-buruknya hamba adalah hamba hawa nafsu yang akan menghinakannya. Dan seburuk-buruknya hamba, adalah hamba yang ketakutan yang akan menyesatkannya.”

Meskipun demikian, perasaan harap, takut, mendapatkan manfaat dan kegagalan, masih menjadi rahasia yang terkubur di balik segala kritikan, ridha, kemarahan dan dukungan.

Perlu di catat, bahwa kita bisa mengabil sikap egois dalam menghadapi segala hasutan para pendengki dan tuduhan para pendendam, jika kebenaran berada pada diri kita sesuai dengan pandangan Allah SWT, bukan di pandangan banyak orang. Adapun kritikan yang benar, memperbaikai kesalahan dan menambah kesempurnaan, maka hal itu mesti diterima dengan sepenuh hati, meskipun yang mengkritik mempunyai maksud tertentu. Toh niat buruk mereka akan kembali kepada mereka. Dan sikap yang paling tepat bagi kita adalah lapang dada dalam enerima kebenaran yang keluar dari mulut mereka.

Siapa tahu? Barangkali degan mengambil manfaat dari kritikan mereka, akan semakin menguatkan pendirian kita. Ya memperkuat keteguhan kita…

Bukankah orang cerdas adalah orang yang mengambil manfaat dari ucapan musuh-musuhnya. Jika ucapan mereka itu benar maka dia akan segera mengintrofeksi dan jika ia salah maka maka akan diambil manfaatnya.

Sebab, musuh akan selalu memperhatikan dengan segala tindak tanduk dan kesalahan kita dengan sangat teliti, yang terkadang kita sendiri tidak memperhatikannya

Seperti apa sikap yang diambil orang cerdas untuk mendulang kemenangan dalam menyikapi kritikan banyak orang :

Jika kebaikan-kebaikan yang aku tampakkan dianggap dosa,

Maka bagaimana aku harus meminta maaf ?

Salah seorang saudara kita yang insyaallah sayang kepada kita semua sebagai saudara seagama melihat pentingnya ada batasan kejiwaan terhadap kemelut antara orang-orang mulia dan antara orang-orang hina, berkata:

Jika mereka dengki kepadaku, maka aku tak peduli.

Sebab, mereka telah dengki kepada orang-orang mulia sebelumku.

Dan tetaplah bagiku dan bagi mereka apa yang ada padaku dan pada mereka.

Sebab, betapa banyak orang yang mati diantara kita karena kegundahan dalam jiwa mereka

Ya, Jangan pernah putus asa saudaraku!!karena yakinlah segala kritikan dan celotehan yang kita khawatirkan, akan menambah keteguhan dan ketegaran kita.

Dulu, ada ungkapan terkenal : “Semoga Allah merahmati orang yang menunjukan aibku kepadaku. Siapa yang menunjukan aib kami kepada kami, maka kami akan menerimanya saat itu juga, dan kami akan segera memperbaiki apa yang nampak dan tersembunyi dari jiwa, agar tidak ada celah bagi orang lain untuk mencela kami kembali.”


Dasyatnya..... Cinta!!!!

"Cinta", layaknya makanan pokok, istilah yang satu ini tidak pernah pudar sepanjang jaman. Selalu hadir dimanapun dan kemanapun kita berpaling. Betapa Dasyatnya Fitnah Cinta.... sehingga orang yang sedang dilanda cinta lazimnya akan terfokus untuk mendapatkan yang dicintainya. Akibatnya, tidak sedikit yang menjadi lalai dari mencintai Alloh serta Rasul-Nya.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: "Patutkah kamu mengambil dia (iblis) dan turunan-turunannya sebagai wali selain daripada-Ku , sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Alloh) bagi orang-orang yang zalim." [QS: Al-Kahfi: 50].

Sesunguhnya seseorang yang bercita-cita tinggi tidak akan terpengaruh oleh cinta yang bisa menghalangi ketenangan, membuat tidur tidak bisa nyenyak, membuat bingung akal pikiran, dan bahkan bisa membuat gila. Betapa sering terjadi seseorang yang sedang dimabuk cinta menghabiskan harta dan mengorbankan jiwa serta kehormatannya demi yang dicintainya. Bahkan ia rela mengorbankan agama dan dunianya.

Cinta sanggup membuat tuan menjadi pelayan, dan penguasa menjadi budak. Anda lihat, banyak orang yang sudah terlanjur masuk dalam jerat cinta ingin keluar darinya. Akan tetapi, hal itu mustahil. Betapa banyak fitnah cinta yang menjebloskan orang-orang yang bersangkutan ke dalam Neraka Jahim, menjerumuskan mereka pada siksa yang sangat pedih, dan membuat nereka meneguk air neraka yang panas mendidih. Wallohu A'lam

Tangan Yang Mulia Menurut Rasullulah SAW

Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” [QS : Al Jumu'ah 10]

Ketika Nabi SAW pulang dari perang Tabuk, beliau bertemu dengan Muaz. Saat bersalaman, terasa oleh beliau telapak tangan Muaz yang kapalan. Ketika ditanya sebabnya, Muaz menjawab : “Saya membajak tanah untuk nafkah keluarga saya ya Rasullullah!“ Mendengar ucapan Muaz itu, Rasul SAW mencium tangan Muaz dan berkata : “Tangan ini tak akan disentuh api neraka, wahai Muaz.“

Inti dari hadis diatas menunjukkan betapa Allah SWT dan Rasul-Nya sangat menghargai orang-orang yang memiliki etos dan disiplin kerja yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kecintaan kepada kerja keras merupakan sifat utama para Nabi dan Rasul sehingga dalam hadis lain riwayat Imam Baihaqi, Rasulullah SAW menyatakan bahwa tidaklah seseorang di antara kita makan suatu makanan lebih baik daripada memakan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya Nabi Daud AS pun memakan makanan dari hasil kerjanya sendiri.

Nabi SAW pernah mengingatkan bahwa seorang lelaki yang keluar dari rumahnya sambil membawa seutas tali, kemudian ia pulang dengan membawa seikat kayu bakar untuk dijual dan dibelikan makanan untuk anak dan isterinya. Jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan orang yang meminta-minta.
Kerja keras untuk mencari rezeki yang halal akan mengundang rahmat dan cinta Allah, Rasul-Nya dan juga orang-orang yang beriman. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya :

Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaannya itu.“

Pada suatu hari, Ali bin Hamzah Al Bathaini menegur Imam Al Kazhim yang mandi peluh karena bekerja di ladang. Dia ingin menolong menggantikan pekerjaan sang Imam. Tapi si Imam besar itu berkata, mengapa dia harus menyerahkan pekerjaannya kepada orang lain. “Ada orang yang lebih baik dan lebih mulia dariku, bahkan dari ayahku, yang mengerjakan pekerjaan dengan tangannya sendiri hingga mandi keringat,” kata sang Imam. “Siapa?“ tanya Ali bin Abi Hamzah. “Rasulullah dan para Amir Al Mukminin. Bekerja adalah profesi semua Nabi dan Rasul, para pengemban wasiat, dan orang-orang saleh,“ lanjut Imam Al-Khazim.

Simak pula sikap Umar bin Khattab RA Ketika ia berjalan melewati sebuah masjid, khalifah kedua ini melihat sekelompok pemuda berada didalam. Mereka sedang berzikir. Umar masuk dan bertanya : “Apa yang sedang kalian lakukan“ Para pemuda itu menjawab : “Kami ingin menjadi orang-orang yang bertaqwa dan pasrah kepada Allah.“

Mereka berharap Umar memuji sikap mereka itu. Kata Umar : “Orang yang berserah diri adalah orang yang tawakal. Dan mereka adalah orang-orang yang menggerakkan anggota badan untuk menggali kekayaan, sambil tetap mengingat Allah.“ Kemudian Umar melanjutkan : “Jadilah kalian orang-orang yang profesional dalam bekerja, karena mereka yang profesional selalu dibutuhkan orang dan zaman. Jangan ada diantara kalian yang hanya duduk-duduk memuji-muji Allah dan dengan begitu mengharap Allah menurunkan rezeki bagi kalian. Ingatlah ucapan Rasul yang menyatakan bahwa Muslim yang baik adalah yang makan dari hasil keringatnya sendiri.”

Dalam hadis lain, Rasul SAW bersabda :

Allah sangat mencintai mukmin yang bekerja. Mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah. Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan di atas punggungnya, hal itu lebih baik dari pada kalau ia meminta-minta yang kadang-kadang diberi kadang-kadang ditolak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah.“

Ketahuilah bahwa mereka yang kelelahan karena bekerja keras, dapat menjadi wasilah (ampunan tuhan) untuk memperoleh maghfirah Ilahiyah, sebagaimana Rasul SAW menerangkan :

Barangsiapa yang di waktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, maka di waktu sore itu pulalah ia terampuni dosanya.“

[HR.Tabrani dan Baihaqi]

Kerja merupakan wujud syukur kepada Allah. Orang bekerja berarti telah menggunakan nikmat kesehatan fisik yang diberikan Allah secara baik dan benar. Allah berfirman : “Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.“

Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasul SAW bersabda :

Siapa mencari dunia secara halal, membanting tulang demi keluarga dan cinta tetangga, maka pada hari kiamat Allah akan membangkitkannya dengan wajah berbinar kayak rembulan bulan purnama.”

Tsabit Al Banani RA seorang sufi, berkata: “Telah sampai kepadaku kabar, bahwa ampunan terletak dalam sepuluh persoalan : sembilan terdapat dalam sikap diam dan satunya adalah lari dari manusia (uzlah). Ibadah ada sepuluh : sembilan di antaranya dalam mencari penghidupan (bekerja) dan satunya dalam ritual.”

SMS Gratis