Artinya : Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. [Saba : 39]
Ali bin Abi Thalib RA. berkata : “Tariklah rezeki kalian melalui sedekah kepada orang lain.“
“Sedekah adalah amaliah yang menumbuhkan pahala berlimpah. Dan, tak hanya orang kaya saja yang berkesempatan ‘mencicipi‘ keagungan sedekah. Orang miskin pun bisa memborong pahala sedekah. Selain sedekah harta, banyak model sedekah lain yang bisa diamalkan orang miskin, agar ia tetap bisa mendapatkan keberkahan amaliah sedekah. Meski susah, tetap bersedekah. Itulah slogan abadi yang harus digenggam erat oleh segenap kaum muslimin, terutama bagi mereka yang dikarunia ‘nikmat‘ kemiskinan,“ demikian antara lain kilah Abu Hudzaifah dalam bukunya ‘Sedekah Orang Miskin’.
Nabi SAW menyampaikan secara tegas bahwa sedekahnya orang yang memiliki harta yang serba minim memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki harta berlimpah. Sebab kemampuan orang diukur dengan kondisinya masing – masing. Beliau SAW bersabda : “Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham.“ Seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham?“ Beliau menjawab : “Ada seseorang yang memiliki dua dirham, lalu mengambil salah satu darinya dan mensedekahkannya. Yang lain memiliki banyak harta, lalu mengambil darinya seratus ribu dirham saja“ (HR Ahmad).
Abu Dzar Al Ghifari misalnya. Ia adalah salah seorang sahabat termiskin. Tapi Nabi SAW tetap menganjurkannya untuk istiqamah bersedekah. Nasehat Rasulullah SAW itu beliau ikuti. Setiap hari ia mengantarkan sop “istimewa“ kepada para tetangganya. Apa “keistimewaan“ sop Abu Dzar itu? Air putih diberi garam dan dibubuhi sedikit irisan bawang. Ternyata para tetangga yang menerima kiriman sop “istimewa“ Abu Dzar itu merasa simpati dan empati.
Maka masing-masing mengembalikan mangkok sop itu setelah mengisinya dengan menu yang enak-enak. Masya Allah. Bayangkan, andaikata Abu Dzar membagikan 10 mangkok sopnya kepada para tetangganya, maka ia akan bisa menikmati 10 macam menu.
Seorang ulama berkata : “Dengan sedekah, harta yang tadinya hanya habis kita gunakan atau makan, maka akan menjadi pahala yang besar di sisi Allah hingga berlipat ganda dan akan ditemukan kembali sebagai kebaikan di akhirat. Perbanyaklah sedekah di jalan Allah, Insya Allah dengan usaha dan jerih payah dalam beribadah dan doa manusia yang menerima sedekah kita, rahmat dan hidayah Allah akan menyertai kita.“
Andrie Wongso, penulis buku 18 Wisdom & Success mengungkapkan dengan kata-kata mutiaranya : “Hidup akan jauh lebih indah dan bermakna jika kita mampu menyisihkan sebagian rezeki, waktu dan tenaga untuk memperhatikan dan membantu orang lain yang membutuhkan.”
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” [Saba : 24]
Rezeki dari Allah itu bukan soal matematik. Jangan pernah khawatir akan rezeki dari-Nya. Allah tidak bakal menyia-nyiakan hidup makhluk yang ia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, “ kilah Bobby Herwibowo LC dalam bukunya ‘ The Power of Akhlak’.
Diantara contoh. Itang tahun 1994 naik haji. Sebelum berangkat, ia membeli sebuah kaca mata mahal sun glasses merk Mount Blanc seharga Rp 500.000.- Di Mekkah, kacamata itu dipinta oleh seorang Arab tua yang baru saja kehilangan kacamata. Karena berdesakan di dalam masjid menyebabkan kacamatanya terjatuh lalu pecah terinjak orang. Kebetulan kacamata yang diberikan oleh Itang itu cocok buatnya.
Sekembalinya di tanah air, Itang ditawari temannya untuk menghandle pengiriman barang-barang milik salah satu BUMN. Tentu saja Itang menerima tawaran itu. Masya Allah. Dalam waktu lebih sedikit dua tahun, Itang sudah memiliki beberapa kapal tanker yang ia sewakan bukan hanya kepada BUMN itu, namun juga kepada perusahaan tambang dan minyak milik nasional dan internasioanal.
Dalam buku ‘ Membangun Ekonomi Islam ‘ oleh Dr. Ing Abdurrahman R.Effendi & Dr.Ing Gina Puspita, ada kisah menarik. Disitu antara lain diceritakan keyakinan yang mendalam dari Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi bahwa rezeki itu Allah yang menjamin. Satu ketika ada seorang pengusaha yang datang kepadanya mempertanyakan keadilan Tuhan, karena konglomerat tadi jatuh bangkrut. Dengan memegang prinsip bahwa untuk menyelamatkan iman seseorang, emas satu gunung Uhud pun layak dikeluarkan, maka untuk menyelamatkan tauhid pengusaha tersebut, Chairman & Owner Rufaca sanggup merugi $9 juta.
Tapi Masya Allah. Pada bulan depannya Rufaca mendapat satu proyek besar yang keuntungannya lebih dari $10 juta.
Sedekah merupakan bentuk syukur yang nyata atas rezeki yang telah Allah karuniakan. Begitu bernilainya, sedekah dalam bentuk memberikan air minum pun oleh Rasulullah SAW, disebut sebagai bentuk sedekah yang paling utama. Allah SWT. Sudah menjamin, bahwa para ahli sedekah tidak akan rugi dengan sedekahnya. Harta yang telah disedekahkan dijamin oleh Allah SWT dan akan diganti dengan nilai yang berlipat lipat.
Sedekah bisa dilakukan dalam berbagai cara tergantung kemampuan setiap orang. Memberikan air minum untuk hewan ternak, ujar Rasul SAW akan diganjar pahala oleh Allah SWT. Suraqah bin Ju’syum pernah bertanya “Wahai Rasulullah ! Suatu ketika aku menemukan seekor unta yang tersesat ada dalam kandang unta milikku. Aku perlakukan unta itu dengan baik. Apakah aku akan memperoleh pahala hanya dengan memberinya air minum ?“ Rasul SAW menjawab : “Pada setiap yang mempunyai jantung hidup ada nilai pahala“ (HR.Ibnu Majah). Wallaahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar