Bagi yang masuk ke blog ini melalui Search Engin dan tidak menemukan artikel yang di cari pada halaman ini maka dapat mencari pada arsip blog atau mengunakan fasilitas search yang ada di blog ini. terimakasih atas kunjungnnya.
bagi yang ingin bertanya sebaiknya langsng melalui YM apabila lagi online atau inggalkan coment di artikel yang bersangutan.

Promo : Transfer Pulsa Indosat (IM3/Mentari/StarOne) pulsa 100rb Harga 82rb (bisa untuk BB)

bagi yang berminat dapat hubungin YM : ivandriyandra atau sms ke no 085624060651. atau data update dapat liat di halaman ini http://indosat.yandra.web.id/

27 September 2008

Sederhana Itu Indah

SUDAH menjadi aksioma, apabila kebendaan telah merasuki peradaban, seringkali diiringi pula dengan semakin menipisnya nilai-nilai moral. Kehidupan manusia dipilah-pilah berdasarkan kriteria kekayaan dan jabatan kekuasaan, sehingga kita mengenal ada istilah kelas ekonomi, kelas bisnis dan VIP alias manusia sangat penting.

Lalu bagaimana seharusnya pandangan dan sikap hidup muslim. Dalam satu kesempatan, Rasul SAW bersabda : "Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk menjadikan lapangan kota Mekah menjadi emas. Aku berkata, 'Jangan Engkau jadikan emas wahai Tuhan ! Tetapi cukuplah bagiku merasa kenyang sehari, lapar sehari. Apabila aku lapar, maka aku dapat menghadap dan mengingat-Mu, dan ketika aku kenyang aku dapat bersyukur memuji-Mu". (HR.Ahmad dan Turmuzi).

Dalam hadis lain Nabi Pilihan Muhammad SAW menerangkan: "Kekayaan itu, bukan karena banyaknya harta benda yang dimiliki, tetapi kekayaan jiwa". (HR.Bukhari).

Dalam kaitan ini Sayyidina Ali menyatakan: "Kalau engkau ingin menjadi raja, maka pakailah sifat qona'ah (puas). Kalau engkau ingin surga dunia sebelum surga akhirat, pakailah budi pekerti yang mulia."

Ucapan Baginda Rasul SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Turmuzi di atas, merupakan salah satu mutiara akhlakul kharimah yang disebut dengan qana'ah yaitu sikap menerima apa yang ada, sambil terus ikhtiar, sabar dan tawakal, serta waspada agar tidak terperangkap oleh segala godaan yang menyesatkan serta tipu daya setan yang selalu menyelusup di hati manusia.

Sejenak kita menengok sejarah. Umar bin Khattab RA tidak punya waktu lagi untuk berdagang, setelah beliau dilantik menjadi Khalifah. Hampir seluruh waktunya telah disita oleh urusan-urusan pemerintahan. Kadang-kadang sampai jauh malampun ia masih bertugas mengontrol kehidupan rakyat. Pada suatu hari ia bermusyawarah dengan para tokoh sahabat. "Wahai saudara-saudaraku. Aku telah kalian pilih sebagai pemegang jabatan khalifah. Kedudukan ini tidak lagi memungkinkan aku berdagang dan mencari nafkah buat keluargaku. Apakah saudara-saudara rela melihat anak isteriku hidup meminta-minta ?".

Para hadirin sejenak terdiam kemudian bertukar fikiran. Pada akhirnya mereka menyetujui, khalifah harus mendapat tunjangan tetap setiap bulan dan tunjangan itu diambil dari Baitul Mal (Kas Negara). Jumlah tunjangan yang diusulkan sama dengan gaji para raja di negeri lain. Ali bin Abi Thalib tidak setuju tetapi ia berdiam diri saja. "Hai Ali, bagaimana pendapatmu ?. Kulihat Anda hanya berdiam diri, kenapa tidak bicara ?", tanya Umar. Ali KW menjawab : "Aku tidak suka jika seorang khalifah Rasulullah hidup mewah seperti kaisar dan raja dinegeri lain "." Aku menyetujui pendapat Ali !", tegas Umar bin Khattab. "Berikanlah kepadaku tunjangan hidup yang sederhana saja", lanjutnya.

Setelah bermusyawarah lagi, akhirnya mengambil keputusan, memberikan tunjangan yang bersifat pas-pasan. Dengan tunjangan itu diharapkan Umar tidak berdagang lagi dan terus memimpin pemerintahan.

Pada periode pemerintahan Umar, banyak kemajuan tercapai. Kehidupan rakyat bertambah makmur dan wilayah kekuasaan Islam meluas sampai ke Mesir. Berbarengan dengan itu pendapatan negara juga semakin besar. Ali KW yang semula mencetuskan agar gaji Umar tidak sebesar gaji kaisar dan raja di negeri lain, berbalik mengajukan usul agar tunjangan buat Khalifah dinaikkan.

Ali meminta Usman bin Affan dan para sahabat lainnya mendukung pendapatnya karena Khalifah sering berhubungan dengan para utusan manca negara yang serba mewah. Gagasan Ali itu diungkapkan melalui Hafsah Ummul Mukminin dengan pesan agar jangan dikatakan nama-nama para sahabat yang menyetujuinya. Ali cemas kalau-kalau Umar marah.

Dugaan Ali ternyata benar. Umar marah waktu Hafsah mengemukakan usul kenaikan gajinya. Ia berkata : "Jika aku tahu siapa-siapa yang mempunyai pikiran semacam itu, aku akan temui mereka seorang demi seorang, biar dirasainya bekas tanganku". Kemudian Umar menatap Hafsah dengan pandangan tajam dan berkata : "Hafsah bukankah kau selalu menyaksikan kehidupan Rasulullah ?. Makanan sejenis apa yang beliau santap setiap makan ?".

Hafsah menunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia teringat akan kehidupan Rasulullah SAW yang serba sederhana. Dengan terbata-bata ia berkata : "Rasulullah hanya memakan roti tawar yang keras dan untuk melunakkannya dicelupkan dulu ke dalam air minumnya". Dan bagaimana keadaan pakaian beliau yang paling mewah ?, tanya Umar lagi. "Cuma selembar jubah yang berwarna kemerahan karena sudah luntur. Pakaian itulah yang dibanggakan Rasulullah untuk menerima tamu". "Apakah Rasulullah tidur di atas tilam empuk ?". Hafsah menggeleng sambil menangis terisak kemudian berkata : "Tempat tidur Rasulullah hanya beralaskan selimut tua. Jika tiba musim panas, selimut itu dilipatkannya menjadi empat lapis supaya agak nyaman ditiduri. Dan pada musim dingin dilipatnya menjadi dua, untuk menjadi alas dan penutup badannya."

Mendengar ucapan-ucapan Hafsah, Umar lalu berkata : "Hafsah anakku. Rasulullah, Abubakar dan aku adalah tiga musafir yang menuju tujuan yang sama dan harus menempuh jalan yang sama. Musafir pertama telah sampai di tempatnya.. Musafir kedua telah menyusul dan kini telah berkumpul bersama musafir pertama. Apakah musafir ketiga dapat bergabung dengan mereka andaikata ia tidak melalui jalan yang sama ?. Hafsah, anakku !. Katakanlah kepada para sahabat yang mengusulkan kenaikan gajiku, ayah lebih suka berkecukupan di alam akhirat daripada bermewah-mewah di dunia ini."

Kesimpulannya, kita harus menjadi orang-orang yang kaya tetapi qana'ah. Kita harus tampil sebagai bangsa yang besar di mana sebagian besar para pemimpinnya adalah sosok manusia yang tampil sebagai uswathun khasanah dan bersikap hidup sederhana. Menjalani hidup bersama dengan orang miskin walaupun kita kaya, mendengarkan jeritan kaum dhuafa dan hidup sederhana walaupun kita mampu, adalah ciri pemimpin yang qana'ah. Itu semua karena kita sadar bahwa sederhana itu indah. Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SMS Gratis