A. Lokasi
Candi Borobudur terletak di kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Provisi Jawa Tengah. Candi Borobuder terletak di sebelah selatan ±15 Km (dalam jarak lurus) dari kota Magelang. Gunung yang mengelilingi candi borobudur antara lain:
Sebelah Barat laut : Gunung Sumbing dan gunung Sindoro
Sebelah Timur : Gunung Merbabu dan Gunung Merapi
Sebelah Utara : Gunung Tidar (pakuning Tanah Jawa)
Sebelah Selatan : Pegunungan Menoreh.
Puncak-puncak gunung tersebut bila dilihat dari puncak candi Borobudur, tampak serupa sengan seseorang yang sedang tidur terlentang membujur dari timur ke barat. Menurut kepercayaan penduduk setempat bahwa seseorang itu adalah GUNADHARMA, yaitu ahli bangunan yang telah menciptakan candi Borobudur dan menjaganya dan sambil mengawasi ciptannya.
Disebelah timur Candi Borobudur terdapat Candi Pawon dan Candi Mendut.
Candi Pawon:
Di dalam Candi Pawon tidak terdapat suatu patung dan juga tidak diketahui Dewa yang dipuja. Diperkirakan Candi Pawon sebagai tempat istirahat dalam perjalanan ziarah.
Candi Mendut :
Di dalam Candi Mendut terdapat sebuah patung Budha yang menggambarkan sang Budha sedang duduk diatas Singasana.
B. Nama, Arti, dan Fungsi
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata ‘Boro’ dan ‘Budur’.
Boro : Vihara (Sanskerta) yang berarti komlek Candi dan Bihara
Budur : Beduhur (Bali) yang berarti atas.
Jadi, Borobudur berarti kelompok Candi yang terletak di atas bukit.
Di India bangunan yang berhubungan dengan agama Budha di sebut stupa. Stupa adalah bangunan yang berbentuk kubah berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung di atasnya.
Fungsi Stupa adalah:
Sebagai penyimpan Relief
Sebagai peringatan dan penghormatan sang Budha
Sebagai lambang suci uamt Budha
Bangunan Borobudur mempunyai bentuk arsitektur yang lain dari pada yang terdapat di negara-negara penganut Budha lainnya. Tetapi pada hakekatnya bangunan Borobudur adalah tempat pemujaan nenek moyang dari wangsa Syailendara.
C. Waktu Didirikan
Sudah banyak buku-buku yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi Candi Borobudur didirikan tidak dapat diketahui dengan pasti. Perkiraan dapat diperoleh dengan tulisan-tulisan singkat yang dipahat di atas pigura-pigura relife kaki asli Candi Borobudur menunjukan huruf sejenis dengan yang didapatkan pada prasasti-prasasti dari akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9. dari bukti-bukti tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur dibuat/didirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut diatas teryata sesuai dengan benar dengan kerangkan sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di Jawa Tengah pada khususnya. Periode antara abad ke-8 dan pertengahan abad ke-9 terkenal sebagai "Abad emas wangsa Syailendar".
Kenyataan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar candi-candi yang menggambarkan adanya semangat membangun yangluar biasa. Candi-candi yang berada di leleng-lereng gunung kebanyakan berciri khas bangunan Hindu, sedangkan yang beterbaran di dataran-dataran adalah kahs bangunan Budha, tetapi juga ada yang berciri khas Hindu.
D. Penemuan kembali
Candi Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi diantara dataran rendah di sekelilingnya.
Tampak tidak akan pernah masuk akal mereka yang melihat karya seni besar yangmerupakan hasil karya sangat mengagumkan, dan lebih tidak masuk akal lagi bila dikatakan Candi Borobudur pernah mengalami kehancuran.
Memang demikianlah keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad-abad, bangunan yang begitu megahnya dihadapkan pada proses kehancuran.
Kira-kiranya hanya 150 tahun Candi Borobudur digunakan sebagai pusat ziarah, waktu yang sangat singkat dibandingkan dengan usianya, dihitung dari saat para pekerja menghiasi/membangun bukit Borobudur dengan batu-batu di bawah pemerintahan raja yang sangat terkenal yaitu Samaratungga, sekitar tahun 800-an. Dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahun 930, pusat kehidupan dan kebudayaan Jawa bergeser ke Timur.
Pada kira-kira abad ke-10 itulah Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Pada tahun 1814 berkat kegiatan Sir Thomas Stamford Rafles, Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam.
Tahun 1835 seluruh bangunan candi telah dibebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh residen Kedu bernama Hartmann, karena begitu tertariknya terhadap bangunan Candi Borobudur. Sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing-puing yang masih menutupi bagian candi disingkirkan dan tanah yang masih menutup lorong-lorong dan bagian bangunan yang lainnya dibuang sehingga Candi Borobudur kelihatan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnnya.
E. Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur di mulai 10 Agustus 1973
Karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang, diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan STM bangunan yang memang dinberikan pendidikan khusus mengalami teori dan praktek dalam bidang Chemiko-Arkeologi (CA) dan Tehno-Arkeologi (TA).
Tehno-Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu candi. Chemiko-Arkeologi bertugas membersihkan serta mengawetkan batu-batunya dan juga diperbaiki jika ada batu yang retak maupun pecah. Pekerjaan-pekerjaan diatas yang bersifat arkeologis semua ditangani oleh badan Pemugaran Candi Borobudur atau lebih dikenal Proyek Pemugaran Candi Borobudur. Sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis antara lain: penyediaan sarana taransportrasi, pengadaan bahan-bahan bangunan, tempat kerja serta pembuatan fondasi batu baru, ditangani oleh kontraktor.
Bagian-bagian bangunan candi yang dipugar ialah bagian yangdisebut sebagai Rupadhatu pada semua sisinya (timur, selatan, barat, dan utara), sedangkan kaki candi serta teras I, II, dan III juga stupa induk tidak ikut dipugar. Pemugaran selesai 23 Februari 1983, dibawah pimpinan DR. Soekmono. Dengan ditandai sebuah batu prasasti seberat ±20 ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat Candi Borobudur, dengan batu yang sangat besar dibuatkan dua pagina, satu menghadap ke utara dann satu lagi menghadap ke timur. Penulisan pada batu prasasti tersebut ditangani oleh tenaga terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek Pemugaran Candi Borobudur.
Dalam melaksanakan pemugaran Candi Borobudur pemerintah Republik Indonesia bekerja sama dengan UNESCO dibawah pimpinan Direktur Jenderal AMADOU MAHTAR M’BOW telah menerima sumbangan dari negara sebagai berikut:
- Australia
- Belanda
- Belgia
- Birma
- Cyprus
- Ghana
- India
- Inggris
- Irak
- Iran
- Italia
- Jepang
- Jerman barat
- Kuwait
- Luxemburg
- Malaysia
- Mauritius
- Nigeria
- Pakistan
- Prancis
- Philipina
- Qatar
- Selandia baru
- Singapura
- Spanyol
- Swiss
- Tanzania
- Thailand
Prasasti selesai pemugaran Candi Borobudur, dengan berat batu ± 20 ton berada pada halaman sebelah barat laut mempunyai dua pagina/muka yang menghadap ke utara dan menghadap ke timur.
Candi Borobudur, setelah pemugaran kelihatan indah, anggun, dan mempesona, seolah-olah kembali pada masa kejayaannya. Dengan ditandai semakin banyaknya pengunjung baik wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara, dengan nyata bahwa Candi Borobudur semakin menawan sehingga daya tariknya semakin besar.
Dengan utuhnya kembali bangunan Candi Borobudur yang tentunya menambah kharisma, sehingga baik wisatawan dalam maupun luar negeri diharapkan semakin hari semakin bertambah.
F. Uraian bangunan Candi
Candi Borobudur dibuat/dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3.
Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik pada ke empat sisinya (timur, selatan, barat, dan utara). pada Candi Borobudur tidak ada ruang dimana orang bisa masuk melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
Lebar bangunan Candi Borobudur : 123 m
Panjang bangunan Candi Borobudur : 123 m
Pada sudut yang membelok : 113 m
Tinggi bangunan candi : 34,5 m
Pada kaki candi yang asli ditutup dengan batu sebanyak 12.750 m3, sebagai selasar dan undaknya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
Kamadhatu : sama dengan alam bawah atau dunia hasrat, dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan dikuasai oleh hasrat, kemampuan dan hawa nafsu. Relif-relif ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan-adegan Karmawibhangga, ialah yang melukiskan hukum sebab dan akibatnya.
Rupadhatu : sama dengan alan antara atau dunia rupa, dalam alam ini manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat ataupun kemauan. Bagian ini terdapat pada lorong satu samapi lorong empat.
Arupadhatu : sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, yaitu tempat para Dewa. Bagian ini terdapat pada teras bundar tingkat I, II, III, dan stupa induk.
G. Patung Budha
Patung budha di Candi Borobudur berjumlah 504 buah, dengan uraian sebagai berikut:
Patung Budha yang berada pada relung-relung : 432 buah
Sedaangkan pada teras I, II, dan II berjumlah : 72 buah
Jumlah : 504 buah
Agar lebih jelas, susunan patung Budha pada Candi Borobudur sebagai berikut:
Langkah I terdapat : 104 patung Budha
Langkah II terdapat : 104 patung Budha
Langkah III terdapat : 88 patung Budha
Langkah IV terdapat : 72 patung Budha
Langkah V terdapat : 64 patung Budha
Teras bundar I terdapat : 32 patung Budha
Teras bundar II terdapat : 24 patung Budha
Teras bundar III terdapat : 16 patung Budha
Jumlah : 504 patung Budha
Sekilas patung-patung budha itu tampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu dan yang lainnya ialah sikap tangannya, yang disebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung. Sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam, hanya saja oleh katena macam mudra yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua atah (timur, selatan, barat, dan utara) pada bagian Rupadhatu (langkah V), maupun pada bagian Arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada 5.
Kelima mudra itu ialah:
- Bhumispara – Mudra
Sikap tangan ini melambangkan saat sang Budha memanggil Dewi-Bumi, sebagai saksi ketika ia menangkis semua iblis mara. Patung-patung ini menghadap ke timur terletak pada langkah I – IV.
Berjumlah 92 patung.
- Wara – Mudra
Sikap tangan ini melambangkan pemberian amal, memberi anugrah. Mudra ini adalah khas bagi dhyani Budha Ratnasambhawa. Patung-patung ini menghadap ke arah selatan berada pada langkah I – IV. berjumlah 92 patung.
- Dhyana – Mudra
Sikap tangan ini melambangkan sedang semdi atau mengheningkan cipta, mudra ini merupakan tanda khusus bagi dhyani Budha Amitabha. Semua patung ini menghadap ke arah barat pada langkah I – IV.
Berjumlah 92 patung.
- Abhaya – Mudra
Sikap tangan pada patung-patung ini melambangkan sedang menengkan, mudra ini merupakan tanda khusus dhyani Budha Amoghasidi. Patung-patung menghadap ke utara langkah I – IV.
Berjumlah 92 patung.
- Witarka - Mudra
Pada candi borobudur digambarkan dengan sikap tangan yang disebut Witarka – Mudra terdapat pada relung langkah V, menghadap ke semua sisi dan juga digolongkan dhyani Budha Wairocana.
Berjumlah 64 patung.
- Dharma Cakra – Mudra
Sikap tangan ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Mudra ini menjadi ciri khas bagi dhyani Budha Wairocana. Patung-patung ini terdapat pada teras bundar I, II, dan III, jumlah patung dengan posisi Dharma Cakra – Mudra semuanya 72 patung.
H. Patung Singa
Pada candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa, jumlah patung singa seharusnya dari 32 patung, akan tetapi bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari yang seharusnya ada, karena berbagai sebab.
Satu satunya patung singa besar, berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-olah sedang menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.
I. Stupa
- Stupa Induk
Stupa induk berukuran lebi besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak di tengah-tengah (paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur. Garis tengah stupa induk ±9,90m.
Puncak yang tertinggi disebut pinakel/Yasti Cikkara, pinakel atau yasti cikkara terletak di atas Padmaganda dan juga terletak di atas Harmika. Di atas puncakpinakelnya dahulu dimungkinkan diberi payung (Chatra) bertingkat tiga (sekarang tidak terdapat lagi).
Stupa induk ini tertupup rapat sehingga orang tidak bisa melihat bagian dalamnya.
- Stupa Berlubang/terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau berterawang ialah stupa yang terdapat pada teras I, II, dan III dimana di dalamnya terdapat patung Budha. Di candi Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
Stupa-stupa tersebut berada pad tingkat Arupadhatu.
Teras pertama terdapat 32 stupa
Teras kedua terdapat 24 stupa
Teras ketiga terdapat 16 stupa
Patung Budha yang menghuni pada teras I, II, dan III, terlihat pada teras II sisi barat laut, dengan latar belakang stupa berlubang tingkat II dan III.
- Stupa Kecil
Setupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya, hanya saja perbedaan yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memanng lebuh kecil dari setupa yang lainnya. Setupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi. Keberadaan candi ini menempati puncak dari relung-relung pada langkah II samapi langkah V, sedangkan pada langkah I sebagian berupa keben dan sebagian berupa stupa kecil. Jumlah stupa kecil ada 1472 buah.
J. Relif
Untuk tidak membingungkan dan agar jelas perlu digambarkan keberadaan tentang relif-relif yang menghiasi Candi Borobudur, sebagai berikut:
Lokasi nama Relif Jumlah
Kaki candi asli karmawibhangga 160 pigura
Tingkat I dinding lalitawistara 120 pigura
Jataka/Awadana 120 pigura
Tingkat I langkan Jataka/Awadana 372 pigura
Jataka/Awadana 128 pigura
Tingkat II dinding Gandawyuha 128 pigura
Tingkat II langkan Jataka/Awadana 100 pigura
Tingkat III dinding Gandawyuha 88 pigura
Tingkat III langkan Gandawyuha 88 pigura
Tingkat IV dinding Gandawyuha 84 pigura
Tingkat IV langkan Gandawyuha 72 pigura
Jumlah relif di Candi Borobudur 1460 pigura
Relif pada dinding yang menhadap keluar harus dibaca/dilihat dari kanan dan kiri, sedangkan pada relif pada langkan yaitu yang menghadap ke dalam harus dibaca dari kiri ke kanan. Hal demikian disebabkan oleh karena harus menelururi lorong-lorong pada Candi Borobudur menurut Pradaksina, yaitu berjalan mengitari bangunan Candi Borobudur menurut searah jarum jam dan membuat posisi agar bangunan dan stupa maupun dinding-dinding temboknya berada di sebelah kanan.
1 Relif Karmawibhangga
2 Bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana banguna yang aslinya, karena alasan teknis ataupun yang lainnya maka kaki candi dibuatkan batu tambahan sebagai penutup. Alasan teknis antara lain dimungkinkan ketika pekerjaan belum selesai pahatannya, sedah mulai longsor, sehingga terpaksa harus dilakukan penyelamatan dengan menambah kaki bangunan tersebut dan sekaligus berfungsi sebagai penopang ataupun sebagai fondasi ke dua. Alasan lainnya untuk menyembunyikan dari pandangan para pe ziarah yang sedang mencari ketenangan hidup.
3 Batu penutup bagian karmawibhangga tersebut tidak kurang dari 12.750 m3. relif ini ditemukan pada tahun 1885 oleh J.W. Ijzerman, pada tahun 1891 dibuatkan foto-fotonya oleh Chepas dengan jalan membuka terlebih dahulu batu-batu penutup kaki bangunan asli tersebut.
4 Relif Karmawibhangga yang teletak pada bagian kamadhatu berjumlah 160 buah pigura, yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta perbuatan dosa dan juga hukuman yang diterima, tetapi ada juga gambaran perbuatan baik serta pahalanya. Relif pada kaki Candi Borobudur yang berjumlah 160 buah pigura, tidak merupakan suatu cerita yang berurutan ataupun beruntun.
5 117 buah pigura memperlihatkan satu macam akibat yang ditimbulkan dari berbagai jenis perbuatan manusia. Sedangkan yang 42 buah pigura selebihnya, memperlihatkan berbagai macam keadaan manusia sebagai akibat dari satu jenis perbuatan.
6 Yang diperlihatkan relif-relif itu antara lain:
7 Gambaran mengenai mulut-mulut yang usil, orang yang suka mabuk-mabukan, perbuatan-perbuatan yang lain yang mengakibatkan penderitaan disertai hukuman yang setimpal dengan apa yang pernah dilakukan yang juga mengakibatkan suatu dosa.
8 Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong, ziarah ke tempat suci, bermurah hati kepada sesama dan lain-lain yang mengakibatkan seseorang mendapat ketentraman hidup dan mendapat pahala.
Relif Karmawibhangga yang sengeja diperlihatkan dan dibuka dari batu tambahan yang menutup bangunan kaki candi asli, berada pada sisi tenggara. Pigura berikut adalah gambaran Karmawibhangga No. 19dan 20.
9 Menggambarkan beberapa orang sedang memberikan pertolongan kepasa seorang laki-laki yang sedang sakit, dan memberikan obat serta ada yang memijat kepala bagian perut serta kaki dan juga dimungkinkan ada yang berdoa memohon kesembuhan dari penyakit yang sedang diderita laki-laki tersebut.
- Juga terlihat suasana kegembiraan atas kesembuhan dari suatu penyakit, tampak seorang bersama dengan beberapa sahabat-sahabatnya sedang bersyukur
- Memperlihatkan perbedaan yang ontras antara mereka yang mempunyai keluarga bahagia dan mereka yang suika bermabuk-mabukan sehingga lupa diri serta melakukan perbuatan yang terlarang seperti menari-menari tidak beraturan dan juga perbuatan yang lainnya yang tercela.
- Kedua Relif Karmawibhangga No. 19 dan 20 berada pada sisi tenggara yang menghadap ke timur, dan juga masih ada dua relif lainnya pada sisi tenggara menghadap keselatan.
4 Relif Jataka dan Awadana
1. Jataka;
1 Jataka, merupakan cerita tentang sang Budha sebelum dilahirkan sebagai Sidharta Gautama putra dari raja Sudhodanna. Isinya merupakan perbuatan-perbuatan baik yang membedakan dengan nyata antara sang Boddhisattwa dengan yang lainnya. Sang Boddhisattwa telah mengalami dilahirkan dan dilahirkan kembali sampai beberapa kali baik sebagai manusia ataupun mungkin dalam bentuk yang lainnya. Dengan demikian cerita mengenai Jataka sangatlah banyak ragam dan jumlahnya. Cerita Jataka yang terkenal adalah karya penyair ARYASURA dalam himpunan JATAKAMALA.
2. Awadana;
1 Pada dasarnya cerita Awadana sama dengan Jataka, perbedaannya kalau Jataka pelakunya adalah sang Boddhisattwa sendiri. Sedangkan Awadana pelakunya adalah orang lain. Cerita dihimpun dalam kitab DIWYAWADANA dan kitab AWADANASATAKA. Diwyawadana berarti perbuatan-perbuatan mul;ia kedewaan, sedangkan Awadanasataka merupakan seratus cerita Awadana.
Di candi Borobudur Jataka dan Awadana bisa dilihat pada:
1 Tingkat I dinding (deret bawah) berjumlah 120 pigura
2 Tingkat I langkan (deret atas) berjumlah 372 pigura
3 Tingkat I langkan (deret bawah) berjumlah 128 pigura
4 Tingkat II langkan 100 pigura
Jumlah 720 pigura
1 Gandawyuha
1 Peran utama pada cerita ini adalah Sudhana, anak seorang pedagang yang hidupnya serba kecukupan dan kaya raya. Juga menggambarkan berbagai macam mukjizat-mukjizat yang dihasilakan oleh samadi sang Budha, pada suatu kesempatan seratus orang murid di suatu taman Jeta di kota srawasti. Murid-murid itu berkumpul mengelilingi sang Budha tetapi tidak dapat melihat mukjizat-mukjizat secara langsung sehingga Bodhisattwa Samantabadra memberikan penjelasan/petunjuk tentang sifat-sifat samadi sang Budha tersebut.
2 Cerita tersebut diawali pada dinding tingkat II, Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya untuk mencari pengetahuan tertinggi. Cerita ini dilanmjutkan pada tingkat III dan IV baik dinding maupun langkan. Jumlah panil atau pigura yang ada 460 buah berdasarkan atas kitab Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha juga kitab lainnya yaitu Bhadracari sebagai cerita penutup. 3 Di candi borobudur cerita Gandawyuha bisa dilihat pada:
1 Tingkat II dinding berjumlah 128 pigura
2 Tingkat III dinding berjumlah 88 pigura
3 Tingkat III langkan berjumlah 88 pigura
4 Tingkat IV dinding berjumlah 84 pigura
5 Tingkat IV langkan berjumlah 72 pigura
1. Dunia paling bawah
1 KAMADHATU: atau dunia hasrat
2 Dalam tingkatan ini manusia masih terkait kepada-bahkan dikuasai oleh hasrat.
3 Relif ini terdapat pada kaki candi bangunan asli.
2. Dunia yang lebih tinggi
1 RUPADHATU: atau dunia rupa
2 Manusia telah meninggalkan segala hasratnya tetapi masih terikat kepada nama dan rupa.
3 Bagian ini terdapat pada langkan 1-5.
3. Dunia yang lebih tinggi
1 ARUPADHATU: dunia tanpa rupa
2 Pada tingakt ini sudah tidak ada sama sekali nama maupun rupa.
3 Manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya segala ikatan kepada dunia fana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar