Sekretaris Jendral : Ahmad Muzani
Kantor DPP
Alamat : Jl. Brawijaya IX No. 1 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Telp : 021-72795478
Fax : 021-7395154
Nomor Urut Partai Peserta Pemilu 2009 : 5
Website : http://www.partaigerindra.or.id/
Menjadi partai politik yang mampu menciptakan kesejahteraan bangsa, keadilan sosial, dan tatanan politik negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasionalisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PARPOL BARU DENGAN BEBAN MASA LALU DARI PENDIRINYA
SEBAGAI partai politik baru, Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra menyita perhatian publik. Promosinya, melalui media massa secara terus-menerus, memasuki ruang dan benak masyarakat. Iklan yang
muncul hampir setiap hari itu juga memperlihatkan partai ini memiliki kemampuan dana.
Ketika iklan Partai Gerindra muncul, orang membicarakan siapa di balik partai, yang terlihat memahami pentingnya promosi untuk memperkenalkan produk baru. Parpol, termasuk Partai Gerindra, adalah
produk baru yang harus merebut “pasar” pemilih pada Pemilu 2009.
Prabowo Subianto Djojohadikusumo, nama itulah yang muncul. Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) itu, setelah dipensiun dini dari ketentaraan tahun 1998, menjadi pengusaha.
Dia pernah memimpin sejumlah perusahaan dengan investasi di dalam dan luar negeri. Kini ia menjadi Presiden Direktur PT Kiani Kertas. Pantas, promosi Partai Gerindra “besar-besaran”.
Secara resmi Prabowo baru bergabung ke Partai Gerindra pada 12 Juli 2008. Partai ini didirikan pada Februari 2008 serta tercatat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) pada 3 April 2008.
Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi mengakui, Prabowo “campur tangan” dalam pembentukan partai itu, tetapi selama ini di belakang layar. Prabowo tak muncul sebab masih tercatat sebagai pengurus Partai Golkar.
Setelah melepaskan keanggotaannya di Partai Golkar, baru Prabowo bergabung dengan partai yang ikut dibidaninya itu. Pria yang (pernah) beristrikan Siti Hediati Haryadi, putri mantan Presiden Soeharto, itu
juga yang memilih lambang Partai Gerindra, burung garuda, yang mirip “kepala” tongkat komando di lingkungan militer. Pilihan inimembuat kesan Partai Gerindra dekat dengan militer.
Suhardi membantah partai itu lekat dengan kemiliteran. Hanya sedikit purnawirawan TNI/Polri yang menjadi pengurus dan calon anggota legislatif (caleg). Namun, kesan itu tidak mudah dihapuskan karena, meskipun sedikit, purnawirawan itu memegang jabatan strategis, seperti mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) Muchdi Pr, yang menjadi wakil ketua umum. Partai Gerindra pun jauh-jauh hari sudah mencalonkan Prabowo sebagai presiden.
Prabowo pernah mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Golkar, menjelang Pemilu 2004. Ia kalah. Salah satu “titik lemah” Prabowo, yang akan dipolitisasi lawan politiknya, adalah dugaan keterlibatannya dalam kasus penculikan sejumlah aktivis tahun 1998, menjelang Soeharto lengser. Kasus itu pula yang membuat ia dipensiunkan dini dari kemiliteran.
Suhardi menilai, kasus penculikan aktivis itu tidak relevan lagi untuk “menjatuhkan” Prabowo. Kasus itu tak lagi menjadi beban karena berulang kali dijawab dan tidak pernah bisa dibuktikan. Bahkan, Partai Gerindra kini memiliki “perisai” kuat untuk menangkal tuduhan keterlibatan Prabowo karena dua korban penculikan tahun 1998, Pius Lutrilanang dan Desmond J Mahesa, menjadi kader dan caleg partainya.
Namun, beban masa lalu dari pendiri Partai Gerindra bukan hanya dari Prabowo. Kini Muchdi diadili karena diduga terlibat kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM, Munir.
Dengan iklan di media massa yang bertubi-tubi, pengelola Partai Gerindra terlihat tengah melakukan branding. Melekatkan partai itu di benak rakyat. Namun, beban masa lalu itu juga perlu dijawab….
Wawancara:
MENINGKATKAN GENGSI BANGSA DENGAN KETAHANAN PANGAN
SEBAGAI partai politik yang baru melakukan ”debut”-nya, Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra menjadi salah satu yang diperhitungkan kemunculannya. Parpol ini mengantongi modal dukungan yang kuat dari dua organisasi kemasyarakatan berbasis massa besar, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau HKTI dan Kontak Tani Nelayan Andalan atau KTNA.
Partai Gerindra juga mengusung nama besar Prabowo Subianto Djojohadikusumo, mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad), yang kini menjadi pengusaha dan Ketua Umum HKTI. Prabowo adalah putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo.
Semua keuntungan itu diakui Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi saat ditemui Kompas di ruang kerjanya, pekan lalu. Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra terletak di kawasan permukiman mewah Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.
Berikut ini petikan percakapan Kompas dengan Suhardi.
Apa yang Partai Gerindra tawarkan supaya masyarakat tertarik dan memilih parpol ini?
Seperti sering kami sampaikan melalui iklan di sejumlah media massa, Partai Gerindra mencoba menawarkan jalan keluar atas persoalan yang terus dihadapi bangsa ini, seperti kemiskinan, kekurangan pangan, krisis energi, dan banyak lagi.
Yang kami tawarkan, salah satunya, adalah membangun kemandirian bangsa, baik terkait masalah ketahanan pangan atau energi. Bangsa ini sebenarnya kaya dengan sumber daya alam dan manusia yang berlimpah.
Kita tidak perlu tergantung bahan makanan impor. Kita bisa produksi semua sendiri. Tanah Indonesia kaya bahan pangan, ada yang namanya polo kependem atau umbi-umbian, polo gemantung atau buah yang tumbuh bergelantungan, dan polo kesampar atau bahan makanan yang tumbuh menjalar.
Coba bayangkan, bagaimana bisa dengan kondisi bangsa yang punya lahan subur dan kaya seperti ini rakyatnya masih miskin dan kekurangan pangan.
Pemikiran ini apakah terkait kedekatan Partai Gerindra dengan petani, yang sering kesulitan lahan, pupuk, dan bibit?
Masalah memang akan terus ada, apalagi jika semua orang hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Kami putuskan bertindak lewat Partai Gerindra. Semua persoalan hanya bisa diselesaikan dengan langkah konkret. Misalnya, mengapa tidak membuat kebijakan dan payung hukum yang lebih memprioritaskan kepentingan petani sehingga kemandirian dan ketahanan pangan bisa diwujudkan?
Langkah konkret seperti itu yang dibutuhkan. Partai Gerindra akan memengaruhi pembuatan dan isi kebijakan yang lebih memihak macam itu. Jika kita bisa mandiri dalam penyediaan pangan, tidak perlu lagi impor. Malah kalau perlu kita buat aturan yang membatasi produk (makanan) apa saja yang boleh diimpor. Biar saja kalau kita nanti akan berbenturan dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Negara maju saja memproteksi petani dan peternak mereka masing-masing kok. Kenapa Indonesia tidak boleh? Pasar Indonesia sangat besar.
Hal itu alasan Partai Gerindra didirikan?
Awalnya, tiga tahun lalu, saya bersama sejumlah rekan di HKTI dan tokoh masyarakat lain membuat proposal mendirikan Partai Petani dan Nelayan, lalu mengajukannya ke Pak Prabowo. Namun, karena saat itu beliau masih sibuk di Partai Golkar dan ingin ikut mendorong pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sukses, proposal itu belum ditanggapi.
Baru sekitar Februari 2008, Pak Prabowo memutuskan mendukung proposal kami yang sebelumnya diperbaiki. Dari sana kemudian Partai Gerindra terbentuk. Prosesnya nyambung dengan teman-teman di Jakarta, seperti Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Partai Gerindra), yang juga punya idealisme sama.
Namun, ketika itu, untuk mendaftarkan Partai Gerindra agar bisa disahkan sebagai parpol baru di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia tenggatnya sangat mepet. Praktis cuma tinggal beberapa hari. Saat itu kami pikir hanya keajaiban yang bisa membuat kami lolos. Tetapi, dengan kesungguhan dan kerja keras, kami mampu menyerahkan bukti kepengurusan parpol di 22 wilayah provinsi sebagai salah satu prasyarat pendaftaran parpol baru. Surat akta notaris pendirian Partai Gerindra pun selesai pada 12 Februari 2008 dengan anggota saat itu sekitar 400.000 orang.
Kami memang banyak terbantu dengan jaringan kerja pendukung kami, seperti HKTI, KTNA, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), jaringan kerja Resimen Mahasiswa, dan birokrasi di sejumlah daerah. Sekarang jumlah anggota kami mencapai sekitar lima juta orang.
Partai Gerindra serius mengusung nama Prabowo?
Kami yakin popularitas beliau sangat diperhitungkan, terutama di masyarakat petani dan nelayan. Memang kami masih harus berjuang menghadapi parpol lama yang lebih dahulu besar.
Kami akan berjuang keras untuk bisa mengantongi modal persentase jumlah suara yang dibutuhkan agar bisa mengusung atau mengajukan calon presiden. Semoga aturannya tak berubah. Kami yakin sanggup memperoleh 15 persen suara.
Soal Prabowo yang disebut terlibat penculikan aktivis….
Saya pikir selama ini Pak Prabowo sudah menjawab semua itu, baik di media massa atau di bukunya. Kami memilih tidak ingin menanggapi isu atau pemberitaan tentang kasus itu karena hanya menghabiskan waktu. Kalau ada pihak yang mau memfitnah, ya biarkan saja. Buat apa ditanggapi. Kebenaran akan muncul.
Jika dikatakan Pak Prabowo menculik aktivis pada masa lalu, lantas bagaimana dengan nama Pius (Pius Lustrilanang) dan Desmond (Desmond J Mahesa). Mereka berdua diketahui menjadi korban penculikan di masa lalu, tetapi mereka malah masuk Partai Gerindra. Mereka juga tak kami beri kompensasi apa-apa.
Soal isu itu, sudahlah. Kami tidak mau melayani lagi. Jauh lebih baik kalau kami memprioritaskan persoalan bangsa. Orang toh bisa membaca sendiri buku Pak Prabowo. Kalau mau buka-bukaan, siapa memangnya di negeri ini yang tidak punya dosa? Apa semua parpol besar yang ada bersih dari korupsi?
Soal anggapan parpol ini kental aroma militernya….
Tidak juga. Selain Pak Prabowo dan Pak Muchdi Pr (mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat), di DPP cuma ada Pak Glenny Kairupan (purnawirawan TNI). Dari 600-an caleg, yang berasal dari purnawirawan TNI/Polri hanya ada lima orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar