Beberapa waktu yang lalu, satelit merupakan barang yang amat eksotis, bahkan masuk ke level peralatan yang rahasia. Sebagian besar dari pengguna satelit, pada masa-masa awal, adalah militer, semisal untuk mendukung aktifitas navigasi dan spionase. Namun, saat ini, ia menjadi bagian yang penting untuk mendukung aktivitas harian kita. Dengannya, kita dapat melihat laporan cuaca dan bahkan ramalan cuaca, kita juga bisa menikmati siaran televisi, misal melalui parabola, atau berlangganan TV kabel, hingga fasilitas telepon dan internet.
Sebagai contoh, pada hari Ahad (25 Mei 2003) yang lalu, pihak Republik Rakyat Cina meluncurkan satelit navigasi mereka yang ketiga. Dengan peluncuran tersebut, Cina dikabarkan lebih maju selangkah dalam modernisasi sistem telekomunikasi dan persenjataan. Indonesia, negeri kita tercinta ini pun, sudah memiliki satelit sejak tahun 80-an, terutama untuk menunjang penyebaran dan pemerataan informasi. Satelit tersebut kita kenal dengan Satelit Palapa, dimana nama tersebut terinspirasi sebuah sejarah masa kejayaan Kerajaan Majapahit : Sang Mahapatih Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan seluruh kepulauan yang ada dalam satu negeri. Dan sumpah itu dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”.
Berikut ini adalah beberapa kemudahan yang kita rasakan dengan keberadaan satelit :
Nah, dalam kesempatan ini, kita akan coba melihat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada diri kita : bagaimana satelit beroperasi dan apa yang mereka lakukan, apa saja yang ada dalam tubuhnya, mengetahui apa yang dimaksud dengan orbit, mengapa untuk setiap orbit yang berbeda juga berarti satelit yang berbeda.
Mari kita mulai !
Apakah satelit itu sebenarnya ?. Pada dasarnya, satelit adalah segala obyek yang berputar mengelilingi suatu planet dalam bentuk sirkular atau eliptikal. Sebagai misal, bulan yang setiap purnama nampak indah, merupakan satelit asli milik bumi, sangat alami, dan sesungguhnya cukup banyak satelit buatan manusia (artificial satellites) yang biasanya ”terbang” lebih dekat ke bumi.
dikenal Rute dimana satelit berjalan disebut ”orbit”. Dalam orbit dua istilah : apogee (titik terjauh dengan bumi) dan perigee (titik terdekat dengan bumi).
Kebanyakan satelit Satelit buatan bukan merupakan produksi massal. merupakan pesanan yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengecualian adalah pada satelit GPS (yang berjumlah 20 unit di orbit) dan satelit Iridium (sebanyak 60 unit di orbit).
23.000 benda sampah angkasa atau spaceDiperkirakan ada sekitar junk akni obyek-obyek yang cukup besar untuk bisa dideteksi oleh radar, yang berada di orbit karena tak sengaja ditempatkan disana atau karena memang sudah uzur usia pakainya ang mengapung atas bumi. Jumlah tepat dari sampah angkasa memang berbeda-beda, tergantung lembaga yang melakukan perhitungan. Sebagai gambaran, salah satu situs online tentang satelit memberikan informasi ada sekitar 26.000 benda sampah angkasa di atas sana.
Meski segala sesuatu yang berada di orbit bumi secara teknis disebut satelit, istilah ”satelit” secara khusus digunakan untuk menunjukkan suatu obyek yang ditempatkan di orbit dengan tujuan melakukan tugas atau misi khusus. Sebagai misal, tentu kita pernah mendengar satelit cuaca, satelit komunikasi dan satelit sains. Dalam sejarah kita tahu, bahwa satelit Sovyet, Sputnik, adalah yang pertama kali mengorbit bumi, pada 4 Oktober 1957. Sejak itulah, tonggak kebangkitan penelitian satelit dicanangkan.
Bagaimana satelit diluncurkan ke orbit ?.
Saat ini, satelit menggunakan roket atau space shuttle. Secara umum, peluncuran yang terjadwal merupakan pilihan pertama, sebab roket akan melalui bagian tertipis dari atmosfer lebih cepat dan minimalisasi penggunaan bahan bakar.
Setelah peluncuran yang pertama berjalan mulus, mekanisme pengendali roket menggunakan sistem pemandu inersial (inertial guidance system) untuk mengkalkulasikan tingkat penyesuaian bagi rocket’s nozzle untuk memiringkan sang roket ke arah tujuan yang dideskripsikan dalam rencana penerbangan (flight plan). Terkadang, dalam rencana penerbangan juga diarahkan ke mana ”moncong” roket akan diluncurkan : jika ke barat, maka ”moncong” diarahkan ke barat. Hal ini menyebabkan tak diperlukannya daya dorong (a free boost). Kekuatan daya dorong tergantung pada kecepatan rotasi bumi di tempat peluncuran. Daya dorong terbesar digunakan di bagian ekuator bumi, dimana jarak keliling bumi terbesar dan rotasinya tercepat.
Seberapa besar daya dorong dari daerah peluncuran di ekuator bumi ?. Perkiraan kasar dapat dilakukan dengan menghitung keliling bumi dengan cara mengalikan diameter bumi dengan pi (3,1416). Diameter bumi kira-kira 7.926 mil (12.753 km). Jika dikalikan dengan pi, maka akan dihasilkan keliling bumi sebesar 24.900 mil (40.065 km). Untuk mengelilingi 24.900 mil diperlukan waktu 24 jam, dimana pada salah satu titik di bumi kecepatan berputarnya adalah 1.38 mph (1.669 kph).
Peluncuran space shuttle melalui Cape Canaveral, Florida, tidak perlu mengeluarkan banyak daya dorong. Pada Kennedy Space Center’s Launch Complex 39-A, salah satu fasilitas peluncuran, berlokasi di 28 derajat 36 menit 29,7014 detik lintang utara. Kecepatan rotasi bumi di tempat itu kira-kira 894 mph (1.440 kph). Perbedaan kecepatan muka bumi antara ekuator dan Kennedy Space Center kira-kira 144 mph (229 kph). Pertimbangkan bahwa roket dapat terbang dalam kecepatan ribuan mil per jam, maka anda dapat melihat mengapa perbedaan yang hanya 144 mph dapat menjadi masalah. Jawabannya ialah bahwa roket, bersama dengan bahan bakar dan barang bawaannya, merupakan beban yang sangat berat. Semisal, tanggal 11 Februari 2000, pelepasan Space Shuttle Endeavor dengan Shuttle Radar Topography pada saat peluncuran memiliki beban 4.520.415 pounds (2.050.447 kg). Tentu saja, dengan beban seberat itu diperlukan sejumlah besar energi untuk mempercepat hingga 144 mph, dan butuh bahan bakar yang sangat signifikan. Sementara, peluncuran melalui ekuator sangatlah berbeda.
Pada saat roket telah mencapai lapisan udara yang sangat tipis, kira-kira pada ketinggian 120 mil (193 km), sistem navigasi roket kemudian menyalakan roket-roket kecil, yang cukup untuk menerbangkan kendaraan peluncur dalam posisi horisontal. Kemudian satelit dikeluarkan. Pada saat itu, roket dinyalakan untuk memastikan pemisahan antara kendaraan peluncur dengan satelit.
Ketinggian Dan Kecepatan Orbital
Sebuah roket harus mempunyai akselerasi hingga minimum 25.039 mph (40.320 kph) untuk melepaskan diri dari gravitasi bumi dan meluncur ke angkasa.
Kecepatan ”melepaskan diri” dari bumi harus lebih besar daripada kecepatan yang diperlukan saat pelepasan satelit di orbit. Jika dengan satelit, maka wahana terbang tidak berupaya untuk ”melepaskan diri” dari gravitasi bumi tetapi adalah untuk menyeimbangkan kecepatan mengorbit (orbital velocity), yakni kecepatan yang diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan antara daya tarik gravitasi pada satelit dan inersia dari gerakan satelit. Diperkirakan kecepatan orbital ini 17.000 mph (27.359 kph) pada ketinggian 150 mil (242 km). Tanpa gravitasi, inersia dari satelit akan membawanya lepas jauh ke angkasa. Bahkan jika dengan gravitasi, jika kecepatan satelit terlalu tinggi, maka ia juga akan terbang jauh. Di sisi lain, jika satelit terlalu lambat, daya tarik gravitasi akan membawanya kembali ke bumi. Pada kecepatan orbital tertentu, gravitasi akan menyeimbangkan gaya inersia dari satelit, menariknya kearah pusat bumi sehingga cukup membuat kurva alur satelit seperti kurva bumi.
Kecepatan orbital satelit tergantung pada ketinggiannya diatas bumi. Makin dekat ke bumi, makin besar kecepatan orbital yang diperlukan. Pada ketinggian 124 mil (200km), kecepatan orbital adalah sekitar 17.000 mph (27.400 kph). Untuk menjaga ketinggian orbit, yakni 22.223 mil (35.786 km) diatas bumi, satelit barus mengorbit pada kecepatan kira-kira 7.000 mph (11.300 kph). Kecepatan orbit dan jarak tersebut menjadikan satelit memiliki kemampuan untuk berputar dalam 24 jam. Ketika bumi berputar 24 jam, satelit pada ketinggian 22.223 mil menetap pada ketinggian itu dan secara relatif tepat berada pada satu titik diatas permukaan bumi. Nah, istilah yang diberikan pada ketinggian satelit yang menetap pada posisi tersebut sepanjang waktu adalah geostasioner (geostationary). Orbit geostasioner sangat cocok untuk satelit cuaca dan satelit komunikasi.
Bulan, dengan ketinggian kira-kira 240.000 mil (384.400 km), memiliki kecepatan kira-kira 2.300 mph (3.700 kph) dan mengorbit dalam 27,322 hari. (Coba perhatikan bahwa kecepatan orbital bulan ternyata lebih lambat dibanding dengan satelit buatan, itu terjadi karena bulan terletak lebih jauh).
Secara umum, makin tinggi orbit, maka makin lama satelit dapat tinggal di orbitnya. Pada ketinggian yang lebih rendah, satelit akan menelusuri atmosfer bumi dan hal ini menimbulkan tahanan/gesekan. Gesekan itu kemudian menimbulkan kerusakan pada satelit hingga satelit kemudian jatuh ke dalam ”jebakan” atmosfer dan terbakar habis. Pada ketinggian yang lebih jauh, dimana ruang hampa udara berada, kita tidak akan menemukan gesekan / tahanan dan satelit akan dapat berada di dalam orbitnya selama berabad-abad (lihatlah bulan sebagai contoh).
Satelit berada dalam orbit yang berbentuk eliptikal. Stasiun pengendali bumi bertugas mengendalikan motor roket kecil yang berfungsi untuk mengoreksi arah. Tujuannya adalah agar orbit sebisa mungkin tetap berbentuk bundar. Bagaimana caranya ?, yaitu dengan menyalakan roket ketika orbit berada di posisi apogee (titik terjauh dari bumi) dan menyalakan mesin pendorong di arah perjalanan, maka perigee (titik terdekat dengan bumi) akan menjauh. Hasilnya ialah berupa orbit yang tetap bundar.
Apa yang sebenarnya terdapat di dalam satelit ?
Satelit sesungguhnya sama dalam bentuk dan ukuran dan memainkan beberapa peran tertentu. Sebagai misal dapat dilihat beberapa contoh berikut :
Jenis-jenis orbit satelit
Ada 3 posisi dasar orbit, tergantung posisi relatif satelit terhadap bumi :
Berikut detil dari orbit satelit :
Sebagai contoh, pada hari Ahad (25 Mei 2003) yang lalu, pihak Republik Rakyat Cina meluncurkan satelit navigasi mereka yang ketiga. Dengan peluncuran tersebut, Cina dikabarkan lebih maju selangkah dalam modernisasi sistem telekomunikasi dan persenjataan. Indonesia, negeri kita tercinta ini pun, sudah memiliki satelit sejak tahun 80-an, terutama untuk menunjang penyebaran dan pemerataan informasi. Satelit tersebut kita kenal dengan Satelit Palapa, dimana nama tersebut terinspirasi sebuah sejarah masa kejayaan Kerajaan Majapahit : Sang Mahapatih Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan seluruh kepulauan yang ada dalam satu negeri. Dan sumpah itu dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”.
Berikut ini adalah beberapa kemudahan yang kita rasakan dengan keberadaan satelit :
- Beberapa koran dan majalah menjadi lebih tepat waktu sebab mereka dapat mengirimkan teks dan image yang dapat digandakan dalam pencetakan hanya dengan mengirimkan mereka via satelit, dan dampaknya adalah distribusi pada tiap-tiap lokal yang menjadi lebih cepat (kita di Indonesia mengenal dua koran nasional, Republika dan Kompas, yang menggunakan fasilitas cetak jarak jauh ini).
- Kebanyakan taksi dan juga limousine, terkadang memanfaatkan GPS yang berbasis satelit untuk lebih tepat menuju ke tujuan. Dan penggemar rally, tentu pernah menyaksikan seorang peserta rally Paris Dakkar, dengan kendaraan motor roda 2, nampak menggunakan layar penuntun di motornya agar tidak tersesat di gurun pasir. Nah, ia pun memakai sistem GPS.
- Sinyal elektronik dari pesawat yang jatuh dan kapal yang hampir tenggelam dapat dilacak oleh tim SAR ketika satelit merelay sinyal tersebut.
Nah, dalam kesempatan ini, kita akan coba melihat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada diri kita : bagaimana satelit beroperasi dan apa yang mereka lakukan, apa saja yang ada dalam tubuhnya, mengetahui apa yang dimaksud dengan orbit, mengapa untuk setiap orbit yang berbeda juga berarti satelit yang berbeda.
Mari kita mulai !
Apakah satelit itu sebenarnya ?. Pada dasarnya, satelit adalah segala obyek yang berputar mengelilingi suatu planet dalam bentuk sirkular atau eliptikal. Sebagai misal, bulan yang setiap purnama nampak indah, merupakan satelit asli milik bumi, sangat alami, dan sesungguhnya cukup banyak satelit buatan manusia (artificial satellites) yang biasanya ”terbang” lebih dekat ke bumi.
dikenal Rute dimana satelit berjalan disebut ”orbit”. Dalam orbit dua istilah : apogee (titik terjauh dengan bumi) dan perigee (titik terdekat dengan bumi).
Kebanyakan satelit Satelit buatan bukan merupakan produksi massal. merupakan pesanan yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengecualian adalah pada satelit GPS (yang berjumlah 20 unit di orbit) dan satelit Iridium (sebanyak 60 unit di orbit).
23.000 benda sampah angkasa atau spaceDiperkirakan ada sekitar junk akni obyek-obyek yang cukup besar untuk bisa dideteksi oleh radar, yang berada di orbit karena tak sengaja ditempatkan disana atau karena memang sudah uzur usia pakainya ang mengapung atas bumi. Jumlah tepat dari sampah angkasa memang berbeda-beda, tergantung lembaga yang melakukan perhitungan. Sebagai gambaran, salah satu situs online tentang satelit memberikan informasi ada sekitar 26.000 benda sampah angkasa di atas sana.
Meski segala sesuatu yang berada di orbit bumi secara teknis disebut satelit, istilah ”satelit” secara khusus digunakan untuk menunjukkan suatu obyek yang ditempatkan di orbit dengan tujuan melakukan tugas atau misi khusus. Sebagai misal, tentu kita pernah mendengar satelit cuaca, satelit komunikasi dan satelit sains. Dalam sejarah kita tahu, bahwa satelit Sovyet, Sputnik, adalah yang pertama kali mengorbit bumi, pada 4 Oktober 1957. Sejak itulah, tonggak kebangkitan penelitian satelit dicanangkan.
Bagaimana satelit diluncurkan ke orbit ?.
Saat ini, satelit menggunakan roket atau space shuttle. Secara umum, peluncuran yang terjadwal merupakan pilihan pertama, sebab roket akan melalui bagian tertipis dari atmosfer lebih cepat dan minimalisasi penggunaan bahan bakar.
Setelah peluncuran yang pertama berjalan mulus, mekanisme pengendali roket menggunakan sistem pemandu inersial (inertial guidance system) untuk mengkalkulasikan tingkat penyesuaian bagi rocket’s nozzle untuk memiringkan sang roket ke arah tujuan yang dideskripsikan dalam rencana penerbangan (flight plan). Terkadang, dalam rencana penerbangan juga diarahkan ke mana ”moncong” roket akan diluncurkan : jika ke barat, maka ”moncong” diarahkan ke barat. Hal ini menyebabkan tak diperlukannya daya dorong (a free boost). Kekuatan daya dorong tergantung pada kecepatan rotasi bumi di tempat peluncuran. Daya dorong terbesar digunakan di bagian ekuator bumi, dimana jarak keliling bumi terbesar dan rotasinya tercepat.
Seberapa besar daya dorong dari daerah peluncuran di ekuator bumi ?. Perkiraan kasar dapat dilakukan dengan menghitung keliling bumi dengan cara mengalikan diameter bumi dengan pi (3,1416). Diameter bumi kira-kira 7.926 mil (12.753 km). Jika dikalikan dengan pi, maka akan dihasilkan keliling bumi sebesar 24.900 mil (40.065 km). Untuk mengelilingi 24.900 mil diperlukan waktu 24 jam, dimana pada salah satu titik di bumi kecepatan berputarnya adalah 1.38 mph (1.669 kph).
Peluncuran space shuttle melalui Cape Canaveral, Florida, tidak perlu mengeluarkan banyak daya dorong. Pada Kennedy Space Center’s Launch Complex 39-A, salah satu fasilitas peluncuran, berlokasi di 28 derajat 36 menit 29,7014 detik lintang utara. Kecepatan rotasi bumi di tempat itu kira-kira 894 mph (1.440 kph). Perbedaan kecepatan muka bumi antara ekuator dan Kennedy Space Center kira-kira 144 mph (229 kph). Pertimbangkan bahwa roket dapat terbang dalam kecepatan ribuan mil per jam, maka anda dapat melihat mengapa perbedaan yang hanya 144 mph dapat menjadi masalah. Jawabannya ialah bahwa roket, bersama dengan bahan bakar dan barang bawaannya, merupakan beban yang sangat berat. Semisal, tanggal 11 Februari 2000, pelepasan Space Shuttle Endeavor dengan Shuttle Radar Topography pada saat peluncuran memiliki beban 4.520.415 pounds (2.050.447 kg). Tentu saja, dengan beban seberat itu diperlukan sejumlah besar energi untuk mempercepat hingga 144 mph, dan butuh bahan bakar yang sangat signifikan. Sementara, peluncuran melalui ekuator sangatlah berbeda.
Pada saat roket telah mencapai lapisan udara yang sangat tipis, kira-kira pada ketinggian 120 mil (193 km), sistem navigasi roket kemudian menyalakan roket-roket kecil, yang cukup untuk menerbangkan kendaraan peluncur dalam posisi horisontal. Kemudian satelit dikeluarkan. Pada saat itu, roket dinyalakan untuk memastikan pemisahan antara kendaraan peluncur dengan satelit.
Ketinggian Dan Kecepatan Orbital
Sebuah roket harus mempunyai akselerasi hingga minimum 25.039 mph (40.320 kph) untuk melepaskan diri dari gravitasi bumi dan meluncur ke angkasa.
Kecepatan ”melepaskan diri” dari bumi harus lebih besar daripada kecepatan yang diperlukan saat pelepasan satelit di orbit. Jika dengan satelit, maka wahana terbang tidak berupaya untuk ”melepaskan diri” dari gravitasi bumi tetapi adalah untuk menyeimbangkan kecepatan mengorbit (orbital velocity), yakni kecepatan yang diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan antara daya tarik gravitasi pada satelit dan inersia dari gerakan satelit. Diperkirakan kecepatan orbital ini 17.000 mph (27.359 kph) pada ketinggian 150 mil (242 km). Tanpa gravitasi, inersia dari satelit akan membawanya lepas jauh ke angkasa. Bahkan jika dengan gravitasi, jika kecepatan satelit terlalu tinggi, maka ia juga akan terbang jauh. Di sisi lain, jika satelit terlalu lambat, daya tarik gravitasi akan membawanya kembali ke bumi. Pada kecepatan orbital tertentu, gravitasi akan menyeimbangkan gaya inersia dari satelit, menariknya kearah pusat bumi sehingga cukup membuat kurva alur satelit seperti kurva bumi.
Kecepatan orbital satelit tergantung pada ketinggiannya diatas bumi. Makin dekat ke bumi, makin besar kecepatan orbital yang diperlukan. Pada ketinggian 124 mil (200km), kecepatan orbital adalah sekitar 17.000 mph (27.400 kph). Untuk menjaga ketinggian orbit, yakni 22.223 mil (35.786 km) diatas bumi, satelit barus mengorbit pada kecepatan kira-kira 7.000 mph (11.300 kph). Kecepatan orbit dan jarak tersebut menjadikan satelit memiliki kemampuan untuk berputar dalam 24 jam. Ketika bumi berputar 24 jam, satelit pada ketinggian 22.223 mil menetap pada ketinggian itu dan secara relatif tepat berada pada satu titik diatas permukaan bumi. Nah, istilah yang diberikan pada ketinggian satelit yang menetap pada posisi tersebut sepanjang waktu adalah geostasioner (geostationary). Orbit geostasioner sangat cocok untuk satelit cuaca dan satelit komunikasi.
Bulan, dengan ketinggian kira-kira 240.000 mil (384.400 km), memiliki kecepatan kira-kira 2.300 mph (3.700 kph) dan mengorbit dalam 27,322 hari. (Coba perhatikan bahwa kecepatan orbital bulan ternyata lebih lambat dibanding dengan satelit buatan, itu terjadi karena bulan terletak lebih jauh).
Secara umum, makin tinggi orbit, maka makin lama satelit dapat tinggal di orbitnya. Pada ketinggian yang lebih rendah, satelit akan menelusuri atmosfer bumi dan hal ini menimbulkan tahanan/gesekan. Gesekan itu kemudian menimbulkan kerusakan pada satelit hingga satelit kemudian jatuh ke dalam ”jebakan” atmosfer dan terbakar habis. Pada ketinggian yang lebih jauh, dimana ruang hampa udara berada, kita tidak akan menemukan gesekan / tahanan dan satelit akan dapat berada di dalam orbitnya selama berabad-abad (lihatlah bulan sebagai contoh).
Satelit berada dalam orbit yang berbentuk eliptikal. Stasiun pengendali bumi bertugas mengendalikan motor roket kecil yang berfungsi untuk mengoreksi arah. Tujuannya adalah agar orbit sebisa mungkin tetap berbentuk bundar. Bagaimana caranya ?, yaitu dengan menyalakan roket ketika orbit berada di posisi apogee (titik terjauh dari bumi) dan menyalakan mesin pendorong di arah perjalanan, maka perigee (titik terdekat dengan bumi) akan menjauh. Hasilnya ialah berupa orbit yang tetap bundar.
Apa yang sebenarnya terdapat di dalam satelit ?
Satelit sesungguhnya sama dalam bentuk dan ukuran dan memainkan beberapa peran tertentu. Sebagai misal dapat dilihat beberapa contoh berikut :
- Satelit cuaca. Satelit ini membantu ahli meteorologi untuk meramalkan cuaca atau melihat apa yang terjadi pada suatu waktu. Satelit jenis ini diantaranya TIROS, COSMOS dan GOES. Mereka menyimpan kamera di dalam tubuhnya untuk dikirim ke bumi, baik melalui posisi geostasioner maupun kutub orbit.
- Satelit komunikasi. Melayani transmisi telepon dan data. Satelit jenis ini misalnya Telstar dan Intelset. Komponen terpentingnya adalah transponder遥akni sebuah radio yang menerima percakapan dalam satu frekuensi, kemudian memperkuatnya serta mentransmisikannya kembali ke bumi melalui frekuensi lain. Dalam sebuah satelit komunikasi, terdapat ratusan hingga ribuan transponder, dan biasanya satelit ini menggunakan geosynchronous.
- Satelit penyiaran. Ia menyairkan sinyal televisi dari satu titik ke titik lain (hampir mirip dengan satelit komunikasi).
- Satelit sains. Mengemban bermacam tugas sains. Misal, Hubble Space Telescope yang merupakan satelit sains terkenal.
- Satelit navigasi. Ia membantu kapal laut dan pesawat terbang dan yang laing dikenal adalah satelit GPS NAVSTAR.
- Satelit penyelamatan. Membantu menangkap sinyal radio yang meminta pertolongan.
- Satelit observasi bumi. Ia mengobservasi planet bumi tentang segala perubahan, misal cuaca, temperatur udara, wilayah hutan hingga lapisan es. LANDSAT merupakan satelit terkenal dari jenis ini.
- Satelit militer. Mempunyai tugas atau misi rahasia, sehingga jenis informasinya pun berbeda. Fungsinya antara lain : merelai komunikasi terenskripsi, monitoring nuklir, mengobservasi pergerakan-pergerakan musuh, peringatan awal akan peluncuran rudak oleh musuh, radar imaging, fotografi.
- Semuanya terdiri dari kerangka dan badan dari metal atau komposit, yang biasanya disebut ”bus”. Bus ini menjaga agar semua yang ada di dalamnya tetap utuh selama dalam peluncuran dan ketika berada di angkasa luar.
- Mereka juga sumber tenaga (biasanya solar cell) dan baterai sebagai cadangan dan penyimpan tenaga.
- Mereka juga dilengkapi dengan komputer untuk mengendalikan dan memonitor sekian banyak sistem yang berbeda.
- Perlengkapan transmiter/receiver radio dan antena juga digunakan untuk membantu pengawas di bumi untuk mendapatkan informasi dari satelit dan memonitor kesehatannya. Banyak satelit dapat dikendalikan dari bumi dengan banyak cara, dari merubah orbit hingga memprogram ulang sistem komputer.
- Ada juga perlengkapan sistem kendali letak (ACS, attitude control system), yang berfungsi untuk menjaga arah satelit. Sebagai contoh, Hubble Space Telescope memiliki sistem kendali yang dapat menjaga satelit pada posisi yang selalu sama tiap hari tiap jam pada satu waktu. Sistemnya dilengkapi dengan gyroscope, accelerometer, reaction wheel stabilization system, thrusters dan beberapa sensor yang memperhatikan bintang-bintang sebagai penentu posisi.
Jenis-jenis orbit satelit
Ada 3 posisi dasar orbit, tergantung posisi relatif satelit terhadap bumi :
- Geostasioner (geostationary). Orbit ini juga dikenal sebagai geosynchronous atau synchronous. Ketinggian orbit ini kira-kira 22.223 mil atau 1/10 jarak ke bulan. Jalur ini juga dikenal sebagai ”tempat parkir satelit”, sebab begitu banyak satelit, mulai dari satelit cuaca, satelit komunikasi hingga satelit televisi. Akibatnya, posisi masing-masing harus tepat agar tidak saling menginterferensi sinyal.
- Penerbangan Space Shuttle yang terjadwal, menggunakan yang lebih rendah yang dikenal dengan asynchronous orbit, yang berada pada ketinggian rata-rata 400 mil (644 km).
Berikut detil dari orbit satelit :
- 80 ・1.200 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit pengamat, yang biasanya mengorbit pada 300 ・600 mil (480 ・970 km), berfungsi sebagai fotografer. Misalnya satelit Landsat 7, ia bertugas untuk pemetaan, pergerakan es dan tanah, situasi lingkungan (semisal menghilangnya hutan hujan tropis), lokasi deposit mineral hingga masalah pertanian; satelit SAR (search-and-rescue) juga disini, dengan tugas menyiarkan ulang sinyal-sinyal darurat dari kapal laut atau pesawat terbang yang dalam bahaya; Teledesic, yaitu satelit yang di-backup sepenuhnya oleh Bill Gates, memberikan layanan komunikasi broadband (high-speed), dengan sarana satelit yang mengorbit pada ketinggian rendah (LEO, Low Earth Orbiting).
- 3.000 ・6.000 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit sains, yang biasanya berada pada ketinggian ini (4.800 ・9.700 km), dimana mereka mengirimkan data-data ke bumi via sinyal radio telemetri. Satelit ini berfungsi untuk penelitian tanaman dan hewan, ilmu bumi, seperti memonitor gunung berapi, mengawasi kehidupan liar, astronomi (dengan IAS, infrared astronomy satellite) dan fisika.
- 6.000 ・12.000 mil (asynchoronous orbits) : satelit GPS menggunakan orbit ini untuk membantu penentuan posisi yang tepat. Ia bisa digunakan untuk kepentingan militer maupun ilmu pengetahuan.
- 22.223 mil (geostationary orbits) : digunakan oleh satelit cuaca, satelit televisi, satelit komunikasi dan telepon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar